"kalau jelek baca judulnya aja..."

INTRO :

Assalamu'alaikum wr wb (sebuah pembuka yang terlihat sopan, atau malah cuma sekedar agar terlihat catatan kali ini berbeda).

Yap!! sejak dari awal udah aku usahain agar catatan kali ini terlihat berbeda. Begitu juga seperti halnya juga pada teks pidato atau pada kata pengantar sebuah karya ilmiah, selalu saja sering diberi kalimat puji-pujian kepada Tuhan. Tapi kali ini tidak, tapi justru ungkapan maaf kepada Tuhan, karena telah menyiakan waktu yang diberi hanya untuk menulis catatan jelek ini. Sekaligus juga ngasih tahu kalo ini emang bukan naskah pidato, ataupun makalah. Ini cuma sekedar catatan yang nggak butuh banyak waktu, dan hanya mengejar kekurangan, bukannya kesempurnaan (semoga aja paham dech...)

Tapi tetep aja aku kasih kesamaan karena ini juga termasuk sebuah KARYA, bukannya SAMPAH. (karya menurutku adalah sesuatu yang dihasilkan oleh indera yang dimiliki mahkluk hidup, termasuk juga tulisan ini)

Kesamaannya yaitu tentang UCAPAN TERIMA KASIH. Yang pertama aku tujukan kepada handphone bokap yang aku ambil tanpa sepengetahuannya (marai Hp ku KOit... Haha). Kemudian aku ucapin terima kasih kepada yang udah nggak mau baca judulnya "Kalau Jelek, Baca Judulnya Aja..." karena catatan ini kelihatan begitu jelek kalo dibaca sampai di sini aja.

Yak!! Sebelum masuk ke bagian ''isi'' aku tulis dulu tentang ihwal apa nanti yg ada di isinya, secara singkat. Yakni tentang posisi, atau kondisi buruk. keadaan yang tak pernah kita harapkan. Okelah langsung aja baca bagian isi di bawah ini biar cepet kelihatan jeleknya catatan ini.

ISI :

Nah!! Sebelumnya udah ada penjelasan singkat tentang bagian ini. Yaitu posisi atau kondisi yang buruk, yang tiada pernah kita harapkan untuk terjadi. Tapi sebelum ngelanjutin baca, saya sarankan kepada anda sebaiknya sadarkan diri anda dulu, bahwa diri anda benar-benar manusia yang mau dibilang menjalani hidup (maaf kalau tersinggung...), karena orang hidup itu pasti merasakan hal yang buruk.

Oke!!, kalau udah sadar dan nggak nggak merasa tersinggung, boleh deh lanjutin bacane hehe....

Kembali membahas tentang keadaan yang tak diharap. Kita tahu bahwa hidup itu seperti pada RODA. Kadang di atas, kadang juga di bawah ( ini demi keadilan, di atas terus butuh tenaga lebih, di bawah melulu juga nggak sportif ?!@#$%&*). Yap!!!, hidup ini pasti butuh keadilan (red. baca keseimbangan) yang dibangun atas perbedaan atau "antocondition". Ada siang ada malam, ada hidup ada mati, ada datang ada pergi... Begitu pula dengan keadaan, ada baik ada buruk, ada kala kita rasakan suka, ada kala kita rasakan duka, ada saatnya kita mendapatkan, ada saatnya kita kehilangan...

Itu tadi tentang hidup yang tak lepas dari jeratan pembalasan (red. baca sebab-akibat). Yah!!! kita manusia yang nggak bisa menolak setiap keadaan buruk yang datang. Sering kali mencari kambing hitam atas kesialannya. Mulai dari menuduh kamu, dia, kalian, mereka, dan bahkan ada yang terlewat lancang dengan mengumandangkan Tuhan dan waktulah yang menjadi penyebab keadaan buruk yang dialami. dengan cara memutar balikkan kenyataan, ataupun mengutarakan kenyataan (dalam hal mengutarakan kenyataan, berarti adalah kenyataan hasil olahannpemikiran, jadi selalu aja ada unsur penghapusan / deletion kenyataan yang lebih besar. Misal ketika kita mengatakan "kambing adalah binatang mengembik" kenyataan yang terlalu tabu untuk didengar). Nah!!! dengan menyampaikan kenyataan hasil pemikiran itulah, manusia sering mengaburkan ketidakterimaannya atas keadaan buruk yang ia alami.

Dan kebanyakan manusia ketika mendapat kesialan selalu mencari kambing hitam, tapi juga sering justru mengkambingkan diri sendiri ketika mendapat kenikmatan (kambing teriak kambing ada kali ya...)

Biar lebih nggak jelasnya aku kasih contoh aja yak. Misal, ada seorang anak yang tak merasakan kasih sayang dari ortunya sejak dari kecil, lalu mungadu "Ya Tuhan, kenapa Kau tak adil..." (mbaten "audubilahimindalik...), lalu pada seorang putera pejabat dengan sombong teriak "siapa dulu anaknya!!!, GUE...".

Diluar itu pula, ada sebagian manusia yang menjadikan keadaan yang buruk sebagai gerbang finish satu kehidupan yang dijalani. Tapi sebenarnya justru sebaliknya, keburukan merupakan awal menuju kebaikan bagi yang mau dan tahu

Ingatlah Nabi Muhammad yang hidupnya begitu tersiksa, pada akhirnya menjadi pemimpin para umatnya. Begitu pula dengan rakyat indonesia yang kondisinya begitu memilukan ketika zaman penjajahan hingga pada akhirnya dapat memproklamasikan menjari Republik Indonesia yang merdeka.

Okeh... mungkin inilah kejelekan yang mampu aku buat, ditengah keburukan-keburukan yang lebih buruk yang aku tutupi. Habis ini ada bagian akhir yakni penutup yang tak kalah jeleknya, sehingga anda bisa mengatakan ini benar-benar jelek, dan anda punya alasan untuk cuma baca judulnya saja...

PENUTUP :

Sebelum aku mengakhirinya, saya mau ber"firman" tentang ihwal yang tak kita harapkan. Ketika kita mengalami hal yang buruk, jadikanlah dia sebagai cermin kaca untuk anda mngintrospeksi diri agar menjadi lebih baik. Bukannya malah menghadap dinding masjid ketika mentari menyingsing, jelas cuma bayangan tak jelas yang justru dapat menjerumuskan anda. Dan KEADAAN YANG PALING BURUK ADALAH KETIKA ANDA TAK MAMPU MENGAMBIL HIKMAHNYA

Kemudian saya ucapkan selamat kepada para BONEK yang tetep nekat hanya untuk mengetahui kejelekan catatan kali ini, yang pada akhirnya tetap aja jelek.

Dan seperti sebelumnya bahwa kita itu perlu keseimbangan. Karena dia awal tadi diawali oleh salam, maka kali ini juga aku akhiri dengan salam.

Wassalamu'alaikum wr wb


(maaf jika ada ketidaksepahaman, tapi aku bilang lagi kalau ini cuma mengejar kekurangan, bukannya kesempurnaan)

bangunin aku....

hwoi ker!!! bayangin nih kalo bisa hidup punya pemimpin yang ber-aura bijak. Bertetangga orang kaya yang enteng buat ngasih santunan. Ditambah lingkungan yang menjadikan forum sbagai jalan keluar sebuah masalah. Bakal damai banget rasanya hidup.

Tapi sayang, kedamaian itu cuma sampai bayang renungan saja. Sedangkan kenyataanya masih jauh ikan dengan mata pancing....

Memang mencari pemimpin itu tak semudah menebak warna pelangi. Apalagi dengan kondisi masyarakat yang terlah lupa dengan jati dirinya. Untuk memutuskan sebuah perkara saja kudu direwangi lewat kelokan berliku, musti menaika tangga pemaksaan pendapat, selalu menyusuri lorong konflik, bahkan nekat njebur ke jurang kericuhan. Dimana anarkisme sudah mendarah daging, dan berlatar belakang kepentingan individu atau semata kelompoknya. Hasilnya hanya pertikaian semata, dan semakin memperkeruh keadaan yan terlanjur terkontaminasi masalah.

Akan tetapi seberapa pun remuk negeri ini, janganlah kita putus asa. Tidak lain ini adalah tanah kita, dimana kita akan menghabiskan sisa usia disini, akan menjadi bangkai berbalut tanah ini, makan mandipum kita dari tanah air ini. Memang sangat sulit mencari sosok pemimpin yang perfect. Tapi setidaknya kita tak sampai salah pilih pemimpin dengan sosok semau gue, memutuskan sesuatu dengan embel-embel poko'e, memebri kebijakan yang "sekarepe dewe".

Maka marilah kita tanamkan akhlakul kharimah kepada para pemimpin. Begitu juga kepada para orang-orang kaya sehingga sadar bahwa diantara limpahan hartanya itu ada hak milik para fakir miskin. Danjuga mari kita tanamkan pada diri masyarakat kita untuk "tepo seliro marang tengen kiwo, ora macak budeg marang wong liyo, nalika nyekak ukoro ora mateni roso, ngerti kabeh dulur tunggal lemah, sanajan musuh bedo weroh ora bakal tandur kesruh". Andaikan semua itu terwujud, alangkah lebih indahnya hidup bergaduh, dari pada menjadi bangkai kesepian berbalut tanah. Tapi, HWOI..!!! bangunkan aku dari mimpi ini tolong...!!!??@@##

tanah siapa....

hai!!! hmm... kali ini aku nggak pakek salam pembuka seperti sebelume. tapi, gak pentinglah... Yang jelas kali ini emang beda bahasannya. Dari temanya yang kian komplek, dan konteks yang belum pasti apa. Ngga' selalu sebuah renungan, cuma saja aku seperti merasakan, melihat, dan mendengarnya...

Tentang keberadaan "Tanah Surga" yang pernah dikata gemah ripah loh jinawi tototentrem kartoraharjo. Tanah yang dikabarkan pernah merdeka. Dan jikalau merdeka sudah jelas mampu mengolah sumber daya alamnya secara optimal. Dan jelaslah pasti tanah itu menjadi surga para penghuninya.

Tapi belakangan dikabarkan bahwa penghuninya keburu beringas dalam menerima nikmat-Nya. Tambang terkuras tak henti, belantara teduh disulap menjadi teriknya bangunan-bangunan. Hasilnya : burung kesulitan untuk sekedar bertengger karena ranting-ranting sudah berubah menjadi pagar-pagar beton, ikan kesulitan hidup sebab air sudah terkontaminasi limbah pabrik, macan-macan tak bisa lagi bersembunyi karena hutan habis terbabat. Dengan dalih pembangunan, tapi justru pemusnahan generasi mendatang.

Itu lah keadaan sebuah negeri yang penghuninya terlanjur mengartikan rasa syukur sebagai bentuk nafsu agar nikmat yang diberi tidak mubadzir. Sebuah pemahaman yang kebacut dan cenderung kepada jiwa egoistik dan lupa akan keberadaan Tuhan dan generasi penerus.

Memeng segala nikmat yang Tuhan berikan itu harus disyukuri. Tapi para penghuni yang terlanjur alpha justru membuat rasa syukur itu menjadi sbuah pengingkaran terhadap Tuhan. Dan ketika penghuni sebidang tanah yang terlanjur ingkar, ketenagnapun berubah menjadi malpetaka. Minuman khamr menjadi tradisi, zina dianggap biasa, kriminalitas kian memenuhi media elektronik juga cetak, anarkisme membabibuta. belum lagi ketika alam mulai mengamuk, gelombang laut menggulung peradaban, gunung-gunung indah mabuk lahar, hujanpun tak lagi seirama dengan alunan musim, terbalas oleh kemarau berkepanjangan yang membuat tanah kehausan lalu terpaksa membelah menggambarkan alam yang sudah bosan untuk bersahabat dengan manusianya.

Semua itu masih secuil derita, yang jika kembali terus ingkar maka niscaya akan tiba derita yang lebih. dimana setiap derita mengabarkan satu hikmah diantara lima kepastian : sebagai ujian, sebagai hukuman, sebagai tebusan, teguran atau malah menjadi alat untuk meningkatkan ke-iman-an. Tinggal kita untuk memilih hikmah yang mana....

Andaikan negeri itu mampu menempatkan sebagai negeri yang sabar saat tertimpa bencana, dan tidak menjelma menjadi sombong, takabur, arogan, dan lupa diri kala diberi nikmta. Maka kemerdekaan kemarin itu tak sampai menjadi kebebasan yang tak mengenal batas-batas aturan.
Dalam persemayaman jiwaku yang telah diam...

Akulah seorang EGOMANIAK yang terjebak dalam keterasingan.

Seorang IDEALIS yang terkadang masih gontai dalam jeratan macam pilihan.

Ketakutanku semakin subur dibalik ragaku yang selalu menentang perasaan.
Raga yang sudah tak lagi mampi menampakkan diriku dari dalam.

Aku sering menjadi diri orang lain untuk sekedar mencari jawaban atas pertanyaan ini...
siapa aku ?, dan
hrus bagaimana aku ?

TAPI!!!
Kerap kali aku menyesal ketika menjai diri orang lain.
Sebab tiap aku menjelma menjadi sosok yang lain, selalu saja aku merasa kehilangan sesuatu yang pernah aku miliki...

kopiku panas...

Beeeuuuhhh....
Bau khas menyengat dari dalam trotoar.
Menjadi aroma malam bercahayakan redup.
Roda-roda berlalulalang melindas jalanan tua.
Deru kuda besi menerjang senandung alami malam.
Suasana tepian hari ditiapku bunuh waktu di depan bangunan usang.
Usang seperti dunia ini yang makin rapuh menopang kaki-kaki serakah.
Kaki-kaki yang berani melebar meski untuk berdiri merapat saja susah.

Huuuhh!!!
Mungkin hanya dengan begitu untuk dapat bertahan hidup.
Kenapa sekarang kebanyakan hanya berfikir untuk bertahan hidup saja ?
Bukannya hidup itu udah punya durasi masin-masing ?
Lantas kenapa bersih keras mempertahankan sesuatu yang udah pasti pergi ?

(
complex problem in my mind and maybe others too...)

KENANGAN = suka duka, susah senang, manis pahit, kelam tentram, luka bahagia.

Ditemani sekata itu aku tenggelam dalam benak.
Bentangan terpal menjadi medan peperangan rasa dalam kesendirian pikiran...

Segelas kopiku masih panas bru turun dari tangan sang penjual.
Jelas.... 1 sendok teh kopi, ditambah sedikit gula.

(KOPI= banyak orang yang ternyata menghabiskan tak sedikit rupiah hanya untuk mendapat kepahitan )

Kutuang kopiku yang panas itu kedalam cawan putih di bawahnya...

(KOPI VS CAWAN PUTIH=kontras antara hitam dan putih, gelap menuju terang, bercampur ciptakan kehangatan, hitam yang membara reda kala putih mampu meredamnya)

Selang berapa menit!!!
Kuangkat cawan, dan...
"bersulang dengan malam atas masa yang pernah ada...)

Hmm....
Pecah sudah kebekuan raga.
Tumbuhkan ketenangan,
Ciptakan kenyamanan,
Berikan kehangatan.

(cawan saja tak mampu berikan kehangatan tapi juga tak mungkin lidah kita mau terbakar oleh panasnya kopi, keduanya terkadang perlu bersanding)

"belum tentu rasa pahit itu menyiksa, begitu juga kita tak selalu bisa dengan putih terang. Menurutku kepahitan itu bukan sampah, dan rasa manis itu bukan pula berlian. anggap saja seperti kertas dan pena yang mampu tunjukkan keindahan..."

cinta (tapi gung bar)

cinta... cinta... dasar kata yang nggak pernah benar-benar bisa dimengerti. kadang bisa buat ketawa, tapi juga bisa buat orang nangis entah gimana. dan bahkan dunia yang sudah tua ini makin lama makin dipenuhi kata cinta, entah di tv, radio, bahkan kehidupan sehari-hari. kalo boleh tanya, ada nggak sih bagian di dunia ini yang nggak kenal cinta ?, mungkin ada tapi sedikit paling.

ngmong-ngomong tentang cinta, aku ingat tentang Rangga yang pernah buat gaduh gara-gara mecahin gelas (hehe... mesti tau krungu!!!). lalu tentang Romeo yang menenggak racun demi menjemput Si Juliet yang dikira udah mati, atau Si Cinderela yang jadi DPO Sang Pangeran, gara-gara buang sepatu sembarangan di istana. yap!!! itu tadi sebagian film bertemakan cinta.

diluar itu masih ada lagi. lagu-lagu jaman sekarang misalnya, yang isinya penuh dengan tema-tema "cinta" (gara-gara "cinta" juga mungkin sampai ada vokalis group band yang hamilin orang kemarin, eh ngakunya pas si bayi udah brojol...).

lalu sbenarnya apa sih cinta itu ?, kok ketoane cerak banget ambek judul lagu, judul film, pacaran, luka hati, kecewa, pembodohan, dan malah sebatas seks aja. huft..! kebacut nek cuma ngerti "cinta" cuma sebatas itu.

hmm... mau ngejelasin tapi masih belum dapet mood nih kapan kapan aja yah...!!! tapi kalo mau baca ini dulu juga ngga' apa kok!!!

bintang jatuh

aku hanyalah salah satu dari bintang jang jatuh.
terjun dari langit,
dan menghujam tanah...
menghempaskan sinarnya menjadi kepingan lelah,
yang sebalumnya pernah bersinar menerangi sunyi hati,
kini redup lalu padam tanpa cahaya...
hitamkan putih,
seakan-akan bekap mata hati...
ketenangan menjelma kegalauan penuh misteri.
jawaban tak kunjung diberi,
jalan keluar tak kunjung henti berlari.
akan terus begini ???
mungkinkah untuk kembali ???

kumulai saja langkah demi langkah,
menyusuri setapak berduri,
bersama alunan intuisi alam,
mencoba berjuang kembali mendekat ke langit...
mencari tempat paling dekat dengan sang rembulan.
kegelapan menjadi tembok besar kokoh dipelupuk mata.
kucoba terus meniti alam yang lagi haru,
seperti halnya hatiku yang lagi pilu...

galau...

akhirnya telah aku temui....

nada dan irama yang buatku lupa apa itu luka...

berbait syair yang buatku lupa akan rasa sakit...

aku bilang ini karma,
aku anggap ini derita,
aku sebut ini luka,
tapi aku terlanjur terbiasa....

mungkin kau tersenyum bersama cerita,
tapi aku menangis karena senyumku tak mampu ungkap lara...

silahkan bersulang atas pelarian,
cukup aku diam pendam kegalauanku ini...

benarkah...??

benarkah hidup itu pilihan ?

benarkah mati itu pasti ?

benarkah salah benar itu wajar ?

benarkah waktu itu terus berjalan ?

benarkah ketika ada suka itu selalu ada duka ?







lalu,...
benarkah kalau kita itu hidup saat ini ?

air dan api

nyapo ya???? setiap aku gebuka itu kotak, kadang seneng kadang puuueeegggeeelll...!!!!! kadang "mesem" kadang kudu "merem".... tapi percayalah, aku menempatkan pilihan untuk seperti ini, itu berdasar atas alasan-alasan yang bisa dipertanyakan langsung... rasa bosan pun pernah kumiliki, sampai keterbiasaan ini merasuki raga tanpa rasa... mungkin ada yang terlihat berbeda dari yang kupandang, mungkin ada penjelasan atau sebuah ucapan dari yang aku ucapan... dan itulah yang mencipatakan jarak di dalam hembusan nafas ke muka... seribu rajut tak kan jadi mungkin tanpa secercah cahaya kejujuran... biar ini berlangsung seperti halnya air dan api, karena aku percaya... "PADA SAAT YANG TEPAT KELAK, AIR BISA MEREDAMKAN API, BEGITU JUGA DENGAN API YANG MAMPU MEMBERI KEHANGATAN PADA AIR"

entah....

entah in namanya benci atau takut...

sebab, aku sama sekali tak mampu untuk menghindarinya...

untuk sekedar melupakan...
untuk tidak memberi ruang dalam ingatan...
untuk memngubur dalam cerita itu...

masih saja ini menghantui hari-hariku,
dari pagi hingga malam mesih saja menyelimutiku tanpa suara tanpa raga...

ini justru mebuatku terpuruk oleh keadaan...

semakin aku coba belari,
semakin cepat pula mngejarku...

aku lelah tapi....

give me more

kadang terasa indah kala kita merasakan duka...

tak ada satupun luka yang diharap,
dan tak ada satupun kesengajaan menjalani derita...

tak pernah terpikir kalau selama ini suma sekian kilo daging yang terjamah keterasingan...

tak terlintas bahwa kemarin itu hanya sekedar tumpukan tulang putih yang mengotori bumi dengan penyesalan...

bertahun memberi rasa sesak di usia dunia yang udah usang...

mungkin udah banyak dari kita yang saat ini sedang tertawa melihat kita dari atas sana...

meski kita tidak tahu, tapi keadaan yang menggambarkan semua...

ampun!!!

aku ngga' bisa berbuat banyak tentang semua yang telah terjadi,
mungkin aku sudah bosan atau lelah harus mencoba tegar...

dan ternyata yang kudapat hanya jalan yang masih asing bagiku...

aku mungkin akan menyusuri dengan suasana, kondisi, kemampuan, keinginan, harapan, misi dan mimpi yang berbeda...

aku butuh ruang dan waktu untuk menjernih kekeruhan ini...

give me more space and time GOD!!!



BE A GOOD SELF

hari ini 11 april tepat jam 6 sore. ketika masih diluar aku terjebak hujan. terpaksa aku berhenti ke warung untuk sekedar berteduh, atau lebih tepatnya menunggu. yap...!!! menunggu hujan reda tentunya. sembari menunggu, fikiranku terjerumus ke dalam mesin waktu, dan membawanya mundur kala tadi siang. yak...!!! kejadian yang harus membuatku bingung harus lega atau justru kecewa. pembicaraan yang mungkin bisa jadi dialog tanta tuan. karena tokohnya sendiri masih bingung untuk pilih berbuat apa. keterbukaan yang kuharap semula masih bercampur rekayasa. sampai akhirnya akupun terbiasa dengan semua asa. jawaban yang kuharap tak kunjung terucap. ya...!!! memang pilihan untuk menyelesaikan masalah itu bagus. tapi bukan dengan cara melupakannya. apalagi pilihan untuk berhenti, itu justru akan mendorongmu untuk berjalan lebih cepat lalu berlari tanpa ada penyelesaian. bukannya melarang untuk berhenti, ataupun meminta untuk pergi. sungguh aku tak punya sedikitp untuk semua itu. justru aku perduli dengan hari esok yang mungkin masih kau jalani. aku sadar kau punya masalah yang lebi berat dariku, itu terlihat dari wajahmu yang jenuh penuh keluh. dan menyelesaikannya sekarang memang berat. tepi percayalah kalau besok itu lebih berat. dan batu penghalang sekecil apapun ngga' akan pernah hilang dengan dibiarkan saja, waktu ngga' bisa membawanya pergi. hanyalah perilaku yang bisa!!!. dan aku cuma bisa bilang "di masa yang udah ngga' bisa dibilang ABG ini kita masih menuntut banyak hal untuk dibuktikan kepada oranglain, keluarga, dan bahkan diri kita sendiri". dan kurasa kemarinyang kusebut dengan masa "hibernasi" itu udah usai, observasi lalu evaluasi kurasa udah cukup. kini waktunya untuk meraih yang belum tercapai. BE A GOOD SELF SOB...!!!!!

be a good self


untukmu yang di luar sana. yang sedang gundah diombang ambingkan oleh telinga yang terlalu peka terhadap lidah orang lain. aku bisa saja mendatangimu dan menjabat tanganmu, menjalani waktu sperti biasa dulu, dan menganggap seolah semua masalah udah usai. tapi itu bukanlah caraku untuk belajar, karena ngga' ada yang bisa dilakukan manusia di dunia ini kecuali belajar.

dan aku berfikir mengawali untuk mengibarkan bendera putih di tengah peperangan tanpa lakon ini. entah siapa yang mulai aku tak mengerti. yang jelas ini tak akan selesai selama loe masih membelakangi cermin. ngga' akan ada akhir yang baik untuk semua.

mungkin minggu depan aku akan coba menyelesaikan salah satu dari masalah itu. dan semoga itu berhasil. entah apa yang kudapat manis atau pahit. tapi yang jelas penyelesaian itu perlu dan bukan menyelesaikannya dengan masalah pula. akan aku usahakan untuk tidak menanam lagi cerita pahit di sini. udah bayak aku menyiramkan rasa pahit di sini.

dan aku coba ilangkan rasa pahit mereka dengan duniaku yang baru. semoga aja mereka bisa lebih banyak belajar. bukan hilang ingatan yang aku harapkan!!!! sama sekali tidak. tapi aku sadar dunia ngga' akan berubah kalau kita tetap tenggelam dalam masalah yang ternyata ngga' ada yang berkenan untuk menyelesaikan.

ngga' ada gunanya masuk ke raga orang lain tanpa tau kita seperti apa. itu gunanya cermin yang saat ini masih loe belakangin.

"bukan aku yang salah!!!"

ow... jelas, nggak ada satupun yang ingin disalahin. tapi masalahnya apakah masalah akan selesai dengan bilang "bukan aku yang salah".

mungkin ini cuma sekedar pelampiasan, atau mungkin loe nanggepin ini tuduhan, pemojokkan, atau yang lain terserahlah...

aku cuma ngga' mau terlalu lama tenggelam di keadaan ini. saatnya udah ngga' observasi atau eveluasi lagi.. tapi lebih ke tindakan nyata tanpa ada rekyasa, cuma terbuka. nggak ada pembelaan diri, dan pembenaran diri. usang sudah untuk saling mencari. saatnya menuntut penyelesaian. masih ada hari esok dimana aku perlu pembuktian untuk banyak hal, entah itu cita-cita, masa depan, mimpi, angan, dan tujuan kepada orang lain, keluarga, sahabat, dan bahkan diriku sendiri. dan aku berharap loe juga mulai berfikir yang sama.

tapi ini ku kembalikan ke diri loe sendiri. ngga' sedikitpun aku bisa merubah orang lain. yang bisa aku berikan adalah membari pilihan aku sediakan. dan keputusan ada di tangan loe.

"JADI DIRI LOE SENDIRI ITU SANGAT BAIK, TAPI MENJADIKAN DIRI YANG BAIK ITU LEBIH BAIK"

SiKonTolPanJang

Ringkasan ini tidak tersedia. Harap klik di sini untuk melihat postingan.

tresno (jane...)


iiiiwaaaaaaawww.....

cuma ada satu kata yang bisa menggambarkan perasaanku kepada sesosok cewek yang caat ini sedang menjad pusat perhatianku. sayang, dia bukan cewek paling cantik yang pernah aku aku lihat. bukan pula cew terseksi yang bisa buatku harus melotot ketika berpapasan. dan dari penampilannya jelas ngga' bakal jadi trend mode cewek seusianya. dari materipun dia bukan tipe cew glamour. dan dari sisi feminim bagi seorang cewek emang kurang untuk yang satu ini.

bahkan sebenarnya aku tidak dapat menemukan satupun hal yang spesial yang bisa buatku kagum padanya. tapi entah kenapa ada sesuatu yang membuatku berfikir kalau dia adalah sosok cewek yang sangat menarik. membuat mataku betah untuk memandanginya. membangunkan rindu ketika dia tak ada dan aku ingin melihatnya.

HHHmMmm... apa ini yang namanya jatuh cinta ?

Ash... andaikan saja tidak ada cewek disebelahnya dan mencumbunya....

siapa sich yang mulai ...????


mr. x : mereka lagi bertengkar tuh

ms. y : kok bisa ???

mr. x : awalnya mereka saling menyalahkan. Dio bilang ketika sedag mencari dompetnya dia menyenggol si Tia yang sedang membawa es teh pengganti segelas minuman milik Edo yang tak sengaja ditumpahkan oleh Andri. Andri sendiri menyenggol gelas karena tergelincir air yang tercecer di lantai akibat Mario yang terpaksa mandi lagi akibat tersiram minuman Edo. sementara itu, Edo bilang terpaksa menyembunyikan dompet Dio karena kemaren Dio juga tega menyembunyikan tas miliknya....

ms. y : hufht... jadi bingung aku!!!

mr. x : mau kutanyakan kembali siapa yang memulai pertengkaran ini pada mereka ?

Wawancara di Negeri Dongeng


bukan maksudku,
dan juga bukan inginku,
ini tiba begitu saja tanpa aku duga...

jika ditanya apa aku suka ?
aku ngga' berani jawab "ya",
tapi aku juga ngga' mau bilang "tidak"...

jika ditanya apa alasannya ?
aku jawab " ngga' ada alasan atau sebab apapun yang buat aku suka,
karena ini datang begitu saja tanpa aku sadari dan aku minta"...

terus apa yang kamu suka darinya ?
aku bilang " ya aku suka dia seutuh dan sepenuh seperti apa yang aku dan kamu lihat
saat kemarin, hari ini, esok, dan seterusnya dari dia. bukan hanya sebagian atau dari salah satu sisi darinya saja"....

lalu kenapa ngga' kamu katakan ?
jawabku " karena aku menjaga kebahagian tetap menjadi temanku"

maksudmu ?
"karena percuma kalau terburu-buru jika cuma sekejap lalu datang luka.
masih banyak hal yang belum tercapai"...

terus kenapa kamu hanya bisa diam bak seorang pecundang ?
aku bilang " aku bukanlah seorang pecundang tentunya.
memang begitulah mungkin caraku menyukainya saat ini"..

manusia tanpa kata


HHhhmm......

diam tanpa bahasa,
nggak tau suka, ataupun luka...

semua cerita beri aku tanya,
hingga malam selalu kirimkan air mata...

mungkin juga,
masih banyak cerita yang berakhir sama...

entah kapan dan dimana,
yang jelas aku selalu sama...

diam menyimpan rahasia,
biarkan angin ini yang menyapu luka...

meski lara,
tapi ini mungkin baiknya...

masih banyak cita dan cerita,
yang entah suka atau duka...

mimpikan saja tentang cinta,
meski yang ditanggung belum tentu sperti yang diminta...

mimpikan saja tentang suka,
meski yang diterima bukan bahagia...

tapi jangan lagi beriku tanya,
jika tak mau terluka...

saat ini aku hanya manusia tanpa kata,
yang mungkin menyimpan banyak cerita,
yang penuh dengan rahasia...

silahkan kalian yang mau berkata entah apa,
jelaslah aku tetap diam menyimpan tanya...

KARENA AKU SEDANG MENJADI MANUSIA TANPA KATA...

warna..!!!!

awalnya kelihatan putih.....

lalu merah...

biru...

kuning...

(begitu berwarnanya duniaku kala itu, dan begitu indah ketika hidup ini cerah, secerah mentari membangunkan hari bersama embun yang memandikan daun, sejuk dan harum semerbak yang ditawarkan bunga di taman. tak ada yang lebih bahagia ketika terbangun dengan bibir dapat tersenyum!!!!)

kemudian berubah mengabu...

yah abu abu...

dan semakin menebal diatas kepalaku...

menjadikannya semakin hitam...

sampailah pada hitam pekat tanpa pencerah...

(ketidak terimaan kepada keadaan memang wajar, semua hidup pasti berubah, seringkali menyalahkan waktu sebagai kambing hitam, ketegaran hati sulit dibangun tanpa pondasi, tak selamanya....)

BERBAGI WANITA

suatu malam di pusat kota, di bawah redup remang lampu jalanan. bersandarkan pagar supermarket yang sudah tutup sore tadi. ditemani segelas kopi dari warung seberang jalan, dan satu pack rokok Dji Sam Soe Magnum yang tinggal separo.

aku dan BADAK (sahabat super okol yang isi otanya sudah tergantikan bola dan mistar gawang), bersama membunuh waktu lewati hari terganti (alias "MBAMBONG").

menyaksikan komedi kehidupan yang terus berlangsung didepan mata. mencari intisari kenyataan yang tersirat lewat sandiwara yang tersaji ini. mengambilnya menjadikannya renung jiwa mengisi waktu yang menertawakan keangkuhan diri.

tak terasa 3 batang Dji Sam Soe musnah terhisap, serta segelas kopi yang tinggal separo dan tak lagi panas. kuambil lagi sebatang dan menyulutnya dengan korek peninggalan Cak Amel (sobat gadang yang RHS = Rada Tomo Sitik, hehe... just kid! ) yang tertinggal di meja Pak Sus (salah satu SEKetariat BEGadang depan stasiun). belum sampai setengah batang aku hisap, terkejut dengan dua kata yang terucap lewat bibir sahabatku tadi.

"BERBAGI WANITA", yah!!! 2 kata yang sebenarnya berati positif jika terpisah. kata "BERBAGI" yang cenderung dengan jiwa yang soliter, care pada suatu hal atau apalah terserah. sedangkan "WANITA", sudah tak bisa dipungkiri jika kata benda ini adalah ciptaan tuhan yang paling indah, yang buat kita harus berfikir dua kali untuk melukainya.

tapi 2 kata itu diuacapkannya dengan berurutan. buatku diam sejenak canggung. lalu tertawa seakan mengerti yang dimaksud padahal pikiranku masih buta dengan 2 kata tersebut.

"BERBAGI WANITA" terlalu tabu untuk diartikan menurutku. apalagi jikia dimaknai lewat pemikiran bocah seumuran terbitan yang selalu ingin tahu. kata "BERBAGI WANITA" terlalu dekat dengan hal-hal yang porno dan vulgar. seperti permen karet yang kita kulum lalu dibuang setelah sepah.

tapi jika dimaknai dengan pemikiran lebih dewasa, "BERBAGI WANITA" cenderung mengabarkan kerendahan derajat sosok wanita dibandingkan kaum Adam. selaksa hal yang bisa dipotong-potong lalu dibagi rata seperti kue saat pesta ulang tahun.

kupun menarik opini akan hal ini. bagiku lebih baik kurelakan sepenuhnya untukmu dari pada harus berbagi. wanuita adalah sosok yang terlalu buruk untuk dibagi. munafik memang jika kita bahagia ketika memlepas sosok yamh kita idamkan dimiliki orang lain. tapi itu lebih baik daripada nanti melihat sepatang mata yang harus menangis menahan kecewa dan luka.

SO, masih banyak hal didunia ini yang bisa dibagi, apalagi ini saatnya tanggal berbagi. tapi salah satunya bukanlah wanita. Oke...!!!

Bertemankan Api

kala sang gelap mulai selimuti belantara alam

cahaya mentari pergi menyisakan pertaruhan mimpi esok

dan senja mulai terpejam

tergantikan deru angin bekukan hati

suara alam kudengar menggertak luruh

memaksa keberanian untuk tumbuh

mulai aku bicara dengan alam dan bukan lewat bibir yang bersuara

mulailah aku melihat kenyataan dengan mata terbekap gelap

mengembalikanku dalam nuansa keterasingan

menyendiri bertemankan api

anugerahkan ketakjuban kepada api yang turut membakarkegelapan ini

seperti juga dengan api itu yang aku harap saat datang dulu

memberi ruang ditengah himpitan malam senyap

sayang batang kayu yang kudatangi bukan seperti tatanan kayu di depanku ini

batang kayu yang aku tuju basah, hingga aku tak mampu menyulutnya

walau sepenggal sesal terbekas

kupersilahkan waktu yang buktikan pertaruhan ini

tinggal diam dan menatap apakah masabisa membakarnya

lalu kulanjutkan keresahan ini dengan kesendirian

bertemankan api yang hangatkan kebekuan hati

dan cahaya yang terangi sunyi

hilang sudah takutku lewat api

serta keberanianku bebaskan mimpi

secangkir kopi untuk sobat

Malam...
Itu waktu yang setia kutunggu tiap hari berganti
Senja menjadi tempat buku ceritaku nanti malam
Entah cerita bahagia ataupun duka
Dan juga tentang mimpi" yang ingin kita capai

Di pinggir jalan protokol, di atas trotoar, beralaskan sandal jepit kusam
Duduk melingkar, ditemani secangkir kopi panas kita bersama membunuh waktu

Lalu mulai kita buka bekal yg tersimpan di senja tadi
Cerita" remaja bahkan dewasa mulai bersenandung seiring hembusan angin
Bermacam judul terdengar lewat kalimat" dari bibir sahabat
canda, tawa, dan luka menjadi keabstrakan isi hati yang bersanding dengan pahitnya kopi

Tentang dingin malam yang terobati panasnya kopi
Dan asap melambung tebal ke langit malam dari batang rokok yang kita hisap
Seolah itulah settingan tiap malam kita menjalani panggung sandiwara ini

Hingga tiba giliranku membuka bekalku
Berhenti sejenak dan kembali kurasakan pahitnya kopi di depanku
Mulai kukabarkan setiap judul yang kusimpan dikala senja tadi
Judul pertama selesai, lalu keseruput lagi kopi yang sudah agak dingin terbawa waktu
Lalu judul ke-2, ke-3, dan seterusnya
Sampai ke judul yang seharusnya tak kubawa malam ini
Cerita yang aku kira manis, ternyata justru pahit
Tak sengaja aku menyinggung seorang sahabat di depannya langsung
Suasana berubah, lupa akan tuannya...
Dingin semakin mengikat tubuh, sebab kopi tak lagi panas
Tinggal rasa pahitnya yang tersisa...
Aku menyesal, gundah merasa bersalah...

Sobat!, yang bisa kuberikan hanya secangkir kopi pahit panas, dan berharap...
Bisa mengobati menggigilnya hatimu,
Bisa menppanti rasa pahit yang kau terima lewat ucapanku dengan pahitnya kopi...

time for time

Tanganku terkepal berdarah,
mencoba menembus kokohnya dinding waktu,
tapi apa daya, karena aku manusia yang ditakdirkan terpenjara waktu,
dan sekarang adalah waktu yang menghukumku sebagai anak adam,
bunuh mimpi tentang merpati,
hatiku sudah mati suri untuk sekian janji,
kakiku melangkah gontai menahan perih yang terurai lewat tangis,
melihat ke atas, semakin aku merasa kerdil dibawah tatanan malam,
kutundukkan wajah, semakin nampak rasa maluku kepada bumi tempatku berpijak,
mataku sayu seakan menyerah kepada waktu yang kian menghimpit,
diam ditempat untuk sekedar menundg pahit,
ini nyatanya, tapi sama sekali bukan keinginan,
tinggal menunggu waktu beri jawaban...

banyak arti

Aku mohon...
Kepada bunga yang dulu kurayu,
kembali sebarkan harum semerbakmu,
mekar lagi pesonamu dalam tiap tatapanku,
sesungguhnya aku telah jatuh sejak dulu,
cuma saja kuragu jika semua itu palsu,
sebab tak begitu lama aku mengenalmu,
tapi kau telah tumbuh di padang penantianku,
dan kini kusadar ternyata itu sama sekali tak palsu,
ku harap tak terlambat,
untukku kembali menyiram air asmara pada kau bunga,
jangan dulu layu,
karena aku baru tahu apa yang kurasa dari begitu banyak arti...


sebelum terlambat

aku terkejut,
mataku terbelalak ke atas,
tahan rasa sakit yang teramat,
seakan palu baja menghujam kepalaku,
tajamnya pisau tikamku dari belakang,
dan panasnya peluru menembus tepat di dadaku...

kesalahanku terbongkar,
dan parah aku baru sadar,
bahwa ini memang kilavku sebagai manusia,
sang rembulanpun pergi dan lari dari malam,
karena kecewa melihat manusia pengecut sepertiku masih saja berani munafikkan kebodohannya dia atas bumi yang sudah tua ini,
kudengar suara binatang malam yang seolah mengolok-olok seorang penakut sepertiku...

ternyata sampai sekarang tanganku masih gemetar ketika menggenggam batu tantangan,
sering kubutakan mataku dari wajah kenyataan,
sering kubuat tuli pendengaranku dari suara kritikan,
sering kubuat bisu ucapku dari senandung kejujuran,
diriku yang kurasa sudah dewasa, ternyata untuk berdiri sendiri sekalipun masih tak mampu...

bukannya aku miskin ilmu,
tapi salahku tak mampu kugunakan ilmu,
aku tak mengharapkan kesempatan datang untuk kedua kalinya,
melainkan sebatas kesadaran yang kudapatkan,
percuma jika kesempatan datang untuk kesekian kali,
tetapi masih saja belum sadar...

memang setiap manusia itu punya takdirnya masing masing,
tapi apakah menjadi seorang pecundang itu takdirku ?,
semoga saja tidak...

sering aku sendiri bicara pada malam,
tentang isi hatiku dengan bulan dan bintang sebagai saksi,
tapi ketika alam memberi jawaban aku sering menghindar...

akan kucari di tengah belantara kegelapan ini,
meski hanya seberkas cahaya lentera sampai dapat,
SEBELUM TERLAMBAT...


hidupku bersyair

diantara redup sunyi,
dari sepasang telinga wajar,
kudengar alunan layaknya syair,
sebait syair kehidupan bersenandung lirih,
lewat bibir sang rembulan,
yang sedang bersembunyi dibalik tirai awan hitam...

aku terkejut layu,
tubuhku kaku,
mataku menatap sayu,
bagaimana mungkin sepasang mata Adam bisa meneteskan air,
anginpun turut berhenti dan tertegun,
tenyata seorang dari kaum Adam yang seharusnya telihat kokoh,
air mata bisa jatuh dari matanya.
meskipun bukan aku,
walaupun air mata itu bukan dari mataku,
tetapi sebait syair itu sudah menhujam batinku,
mebuat hatiku menangis yang lebih kencang dari tangisan bayi,
mebanjiri jiwaku dengan sejuta tanya,
karena aku juga turut merasa....

hasratku untuk marah,
tapi pada siapa,
inginku tertawa bahagia,
tapi apa pantas,
aku malu,
tapi ucapku masih bisu...

berharap mimpi ini segera usai,
tapi tetap saja,
karena ini adalah kenyataan,
yang mengahruskan aku bermimpi untuk mimpi orang lain...

padahal aku bikin ini sebagai sebuah sandiwara,
tapi ia bilang ini nyata,
lalu salah siapa...

tak perlu menyalah siapa,
kaena tak ada yang perlu dipersalahkan,
apa lagi disesalkan,
penyesalan bukanlah jawaban...

mungkin ini memang bagianku,
sebait syair kehidupan yang harus kuterima,
diantara bait bait lain,
yang entah kapan dan bagaimana...

Belum mampu menjawab

kusembunyikan sedihku,
dibalik ketidakwarasanku,
yang sebenarnya masih sadar,
seperti rembulan yang mengintip,
dari balik awan hitam tadi...

kusimpan tangisku dalam batin,
tapi ternyata langit tahu,
lalupun turut menangis...

topeng sang pejuang ini masih kupakai,
tapi tetap saja,
aku manusia biasa yang bertopeng...

keadaan membawaku ke atas perahu.
perahu di atas ombak lautan luas,
terombang-ambing kesana kemari,
di bawah cermin batinku yang mendung,
tanpa arah dan tujuan....

rintik hujan tadi milikku,
malam emang sudah lalu,
tinggal segelintir menetes,
terbalut rasa malu...

masih saja aku terjerat rasa pilu,
yang kucari jalan keluar,
bukan jalan melingkar...

aku punya tangan tapi tak mampu menunjuk,
aku punya mata tapi selalu berbohong,
aku punya lidah tapi tak mampu jujur,
tapi aku masih menyimpan hati yang masih menyisakan ruang,
ruang untuk rasa penyesalan atas keadaan,

keadaan ini palsu,
tapi juga bukan komedi di atas pentas...

aku bukan batu besar di tengah2 aliran air,
yang hanya bisa menanti air merubahnya,
aku juga tak seperti bintang,
yang tak takut jatuh meski tak punya sayap...

kepalaku sedang menyunggi beban yang besar,
tatapi kakiku sudah gemetar untuk melangkah...

semua butuh waktu,
tapi maslahnya sampai kapan ?,
ucapku belum mampu menjawab...

waktu bisu

biarkan embun basuh hari,
berkubang basah dalam hati,
waktu tak seperti aku,
membeku dalam api penantian,
meleleh di dingin sayu,
waktu yang pertemukan kita,
tapi juga waktu pula yang memberi jarak pada kau dan aku,
senja kapan kau teriakkan anganmu tentangku,
mencaciku dengan sejuta rahasia,
aku dengan lidah gagu,
dan pandang yang ragu,
cuma punya satu,
dan terlanjur kau curi dariku,
ketidakwarasan ini lebih menyadarkankan aku,
dari segala bisu,
dan ketidakwajaran ini malah membangunkan aku,
dari keinginan yang mampu mengalahkan logika,
biarkan saja waktu kan membakarnya,
dan semua bisu membekukannya.....

Pohon Jati yang Sejati

kenapa pohon jati itu mampu berdiri menjulang tinggi dengan kokoh ?

"karena, pohon jati sejak ia tumbuh sudah terbiasa dengan terpaan angin, dan ketika ia tumbuh tinggi, ia tak takut akan angin, bahkan badai sekalipun."

lalu kenapa ketika ia tumbuh malah seperti mati ?, apa ia takut untuk hidup ?

"bukannya ia takut hidup, tapi itu adalah pengorbanan ia untuk terus hidup, hidup perlu pengorbanan bukan...."

"dan yang jelas tak ada ciptaan-Nya di muka bumi ini yang benar benar mati, semuanya adalah hidup, sesuatu yang hidup itu adalah sesuatu yang berguna bagi yang lain, bahkan batu itupun menjadi tumpuan bagi tumbuhan, begitu juga tanah pada tanaman, dan sesuatu yang kubilang mati adalah sesuatu yang tak berguna sedikitpun bagi yang lain, dan aku tak mau menjadi sesuatu yang mati...."

KBU 17

di sini... di ruang ini!!
di sebuah dunia edan,
ini ruang yang misteri,
dirahasiakan dari mata karma,
ruang yang aneh,
diluar dingin,
tapi di dalam hujan hasrat,
berada di paling sudut antara sudut,
ruang yang menyulap penghuninya buta akan masa,
atau malah waktu yang ternyata menarik bilik itu dari zaman tak etis,
bilik yang tak lebih besar dari WC umum ini,
membuat jemari muda menjadi dewasa.
mengubah mata polos jadi mata keranjang,
"khusus 17 th keatas" hanyalah wacana yang emang hanya dibaca,
nyatanya malah untuk ospek menjadi 17 th keatas,
pas dengan nomor 17,
ya... KBU no 17 yang membiru,
sebiru film itu,
KBU 17=ruang tak kenal waktu....

Cuma Bukan Diriku

aku bukanlah sepenggal nama,
bukan sebuah panggilan,
aku bukan pula diriku,
aku bukanlah aku...

aku bukanlah teman kau,
bukan juga musuh kau,
aku bukanlah aku...

aku bukanlah anak kau
juga bukan kakak, atau adik kau,
aku bukanlah diriku...

aku bukan muridmu,
bukan pula siswamu,
bukan aku...

aku bukan yang kau sayangi, atau kau cintai,
juga bukan yang kau benci,
bukan diriku...

aku bukan yang kau kata hiperbolist,
juga bukan yang kau bilang pasif,
bukanlah aku...

aku cuma tulang berbalut daging bernyawa,
yang diberikan anugerah oleh-Nya,
sehingga aku punya nama indah,
lalu aku dipanggil dengan sebutanku,
dan aku juga bisa merasakan indahnya persahabatan,
dan memberiku arti bahwa musuh itu bukan orang lain,
memberiku orang tua yang bisa memanjakan setiap helaan nafasku,
menganugerahkan kepadaku saudara yang menjadi cermin,
mengirimkan padaku guru yang dikata tanpa tanda jasa,
menyelipkan padaku rasa cinta dan juga benci, sehingga aku bisa merasakan jatuh cinta,
dan rasanya benci walau itu perih,
lalu aku bisa berbuat lebih, bahkan berlebihan,
tapi juga pernah jadi batu pada sebuah keadaan...

aku cuma bukan diriku....

About Me

Foto Saya
fahma alfian
kopipun berubah jadi susu seiring aku melangkah untuk belajar... bukan tentang pahitnya kopi, bukanpula manisnya susu... mereka sama-sama benar pada ruang dan waktunya masing-masing......
Lihat profil lengkapku