Sang petualang 1

Aku bukan seorang panduis, aku bukan pramukais, apa lagi tunas kelapais. Tak terbesit kebanggaan dalam balutan seragam coklat lengkap atribut. Buat apa tali temali, aku sudah berumah lengkap dengan tempat tidur. Buat apa kemah dan camping, aku bisa sewa hotel atau vila. Buat apa susah payah bersama, kita bisa membeli suka cita bersama. Buat apa setiap hari kumpul siang malam bicarakan kegiatan dan konsep, sedangkan kenyataan sebenarnya kita hanya memancing kemarahan orang tua. Buat apa baris berbaris, aku gak harus berbaris menuju tujuanku. Buat apa harus buang2 waktu mengurus pramuka, mengurus pandu, mengurus ketunaskelapaan yang disematkan dipundak itu.

Ha?? Apa? Pengabdian ?, pengabdian kepada siapa ?, pandu, pramuka, atau tunas kelapa ?, atau negara ?.aku rasa mereka tak butuh itu, atau pengabdian diatas gak berguna untuk mereka.

Tapi demi Tuhan aku bukan anti pramuka, aku bukan anti pandu, aku bukan anti lambang tunas kelapa.

Lalu... <di sang petualang selanjutnya...;-)>

Aku tak akan bicara banyak

Aku kehilangan moment...
Dimana saling percaya satu sama lain...
Dimana disetiap bersama adalah kehangatan...
Bukan curiga dan dingin sikap,
aku kehilangan keterbukaan,
bukan rahasia-rahasiaan...
Aku kehilangan tindak laku,
bukan konsep2 melulu...
Aku lelah ikut bergabung lagi...
Aku tak akan bicara banyak...
Kita sudah saling menjatuhkan,
kita sudah saling membunuh,
kita sudahi saja...
Menunggu pagi, atau menunggu gelap,
jika pagi, bangunlah dengan semangat,
jika senja, sayulah seperti mata dewa...
Maaf segala titipan dewa,
jadikan aku kembali sebagai malaikat, atau bukan apa apa...
Mungkin kesetiaan tak sebesar keyakinan,...
Selamat, mari kita sudahi dengan mosi tak percaya...
Semua langkah ssungguhnya hanya karena Allah...
Dalam alamnya, dalam humanioranya...

Kuliah oh kuliah oh i hate u

Seorang tua tanya "kamu kuliah ambil apa nak ??" tatapnya penuh kehangatan. Jawabku sambil tertunduk pasrah "ambil cuti aja nek"... Tampang nenek bangga, sumringah, pakek bungah... "nenek bangga sama pemuda kayak kamu..." tiba2 ada mobil ambulan berhenti di depan, keluar 2 orang berpakaian putih2 menyeret nenek tadi, dan dibawanya kabur. Bukannya tidak mau menyelamatkan, tapi seketika itu aku berusaha mengeja tulisan di bodi ambulan tadi. Selang ambulan tadi berlalu, aku baru sadar. Aku benar-benar terharu, bahwa status kemahasiswaan ini hanya nenek gila itu yang mengapresiasinya. Hujan pun turun seperti tahu perasaanku. Dan tak tahu kenapa tiba2 saja gaduh, aku lihat kejalan sudah banyak orang di sana mirip demo. Wajahnya memerah, dan lehernya keluar otot2 pita suara keras. Angin menerpaku bersama butiran-butiran air hujan mengabarkan suara itu. Ku eja lewat telinga dan terbaca "KEBAKARAN... CEPAT KELUAR MAS..." DAFUG... Ternyata nenek gila tadi sempat menyulut api di pojok warung tempatku duduk ini, dan hujan itu ternyata lemparan air dari warga. Langsung saja selamatkan diri, gak peduli harga diri sebagai mahasiswa yang kalau mati juga percuma... *krrr...

Semoga kegaringan dan kegejean di atas tak membuatku muntah. Tapi yang jelas, konsep-konsep pendidikan selama ini muspro di kepalaku bahkan sekarang dengan titel mahasiswa ini. Satu contoh konsep menuntut ilmu. Sejak kecil yang aku dengar bukanlah menuntut ilmu, melainkan sekolah. Dulu yang sering di dengar adalah "tadi masuk sekolah tidak ?, tadi sekolah ada pr ndak ?, dll" begitu pun dengan jawabanku. Sekarang aku baru sadar dua kata itu jauh beda makna secara normatif. Sekolah merupakan teritorial institusi pendidikan, dan itu konkrit. Konsep menuntut ilmu merupakan suatu yang abstrak, ke konkritannya terlihat dari hasilnya.

Satu hal sepele di atas mungkin saja tak disengaja karena sudah terbiasa. Namanya sepele mungkin tak menerima keterhubungan keduanya. Namun jika boleh menilai, ternyata sejak kecil aku tumbuh dengan budaya sepele, sehingga ketika tak sengaja memahami kesepelean tersebut...??

Tapi semua di atas sekedar hiburan. Sepaham apapun tentang masa lalu, masa lalu tak bisa di rubah. Tapi nanti, esok, dan hari2 selanjutnya yang wajib dipahami. Mau jadi mahasiswa yang seperti apa ?, mau jadi pemuda yang bagaimana ?. Percuma dan hanya akan buang2 waktu memperkarakan masa lalu. Dan sekali lagi, nostalgia ini mungkin bisa sedikit meredam emosi, amarah...

Jangan memperburuk diri dengan perbuatan2 buruk yang kau anggap baik,
jangan lupa sapa sira, sapa ingsun... Sejatinya selamat kita hanya itu...