sebelum terlambat
aku terkejut,
mataku terbelalak ke atas,
tahan rasa sakit yang teramat,
seakan palu baja menghujam kepalaku,
tajamnya pisau tikamku dari belakang,
dan panasnya peluru menembus tepat di dadaku...
kesalahanku terbongkar,
dan parah aku baru sadar,
bahwa ini memang kilavku sebagai manusia,
sang rembulanpun pergi dan lari dari malam,
karena kecewa melihat manusia pengecut sepertiku masih saja berani munafikkan kebodohannya dia atas bumi yang sudah tua ini,
kudengar suara binatang malam yang seolah mengolok-olok seorang penakut sepertiku...
ternyata sampai sekarang tanganku masih gemetar ketika menggenggam batu tantangan,
sering kubutakan mataku dari wajah kenyataan,
sering kubuat tuli pendengaranku dari suara kritikan,
sering kubuat bisu ucapku dari senandung kejujuran,
diriku yang kurasa sudah dewasa, ternyata untuk berdiri sendiri sekalipun masih tak mampu...
bukannya aku miskin ilmu,
tapi salahku tak mampu kugunakan ilmu,
aku tak mengharapkan kesempatan datang untuk kedua kalinya,
melainkan sebatas kesadaran yang kudapatkan,
percuma jika kesempatan datang untuk kesekian kali,
tetapi masih saja belum sadar...
memang setiap manusia itu punya takdirnya masing masing,
tapi apakah menjadi seorang pecundang itu takdirku ?,
semoga saja tidak...
sering aku sendiri bicara pada malam,
tentang isi hatiku dengan bulan dan bintang sebagai saksi,
tapi ketika alam memberi jawaban aku sering menghindar...
akan kucari di tengah belantara kegelapan ini,
meski hanya seberkas cahaya lentera sampai dapat,
SEBELUM TERLAMBAT...
mataku terbelalak ke atas,
tahan rasa sakit yang teramat,
seakan palu baja menghujam kepalaku,
tajamnya pisau tikamku dari belakang,
dan panasnya peluru menembus tepat di dadaku...
kesalahanku terbongkar,
dan parah aku baru sadar,
bahwa ini memang kilavku sebagai manusia,
sang rembulanpun pergi dan lari dari malam,
karena kecewa melihat manusia pengecut sepertiku masih saja berani munafikkan kebodohannya dia atas bumi yang sudah tua ini,
kudengar suara binatang malam yang seolah mengolok-olok seorang penakut sepertiku...
ternyata sampai sekarang tanganku masih gemetar ketika menggenggam batu tantangan,
sering kubutakan mataku dari wajah kenyataan,
sering kubuat tuli pendengaranku dari suara kritikan,
sering kubuat bisu ucapku dari senandung kejujuran,
diriku yang kurasa sudah dewasa, ternyata untuk berdiri sendiri sekalipun masih tak mampu...
bukannya aku miskin ilmu,
tapi salahku tak mampu kugunakan ilmu,
aku tak mengharapkan kesempatan datang untuk kedua kalinya,
melainkan sebatas kesadaran yang kudapatkan,
percuma jika kesempatan datang untuk kesekian kali,
tetapi masih saja belum sadar...
memang setiap manusia itu punya takdirnya masing masing,
tapi apakah menjadi seorang pecundang itu takdirku ?,
semoga saja tidak...
sering aku sendiri bicara pada malam,
tentang isi hatiku dengan bulan dan bintang sebagai saksi,
tapi ketika alam memberi jawaban aku sering menghindar...
akan kucari di tengah belantara kegelapan ini,
meski hanya seberkas cahaya lentera sampai dapat,
SEBELUM TERLAMBAT...
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
About Me

- fahma alfian
- kopipun berubah jadi susu seiring aku melangkah untuk belajar... bukan tentang pahitnya kopi, bukanpula manisnya susu... mereka sama-sama benar pada ruang dan waktunya masing-masing......
0 komentar: