Pendekar

Pendekar adalah istilah yang disematkan pada seseorang yang memiliki kemampuan bela diri. Di negeri ini istilah pendekar tak lepas dari dongeng-dongeng kerajaan dulu. Visualisasi di televisi nampak jika pendekar adalah orang yang bisa bela diri, punya jurus andalan, punya ajian pamungkas, bisa menggunakan celana dalam... Eh tenaga dalam ^_^, dll. Memang karakteristik pendekar itu istimewa, punya kelebihan yang awesome... Sehingga mungkin oleh para produser film atau penulis dongeng pendekar berusaha melebihkan yang udah lebih, memaksakan lebih yang gak lebih biar lebih awesome... JADINYA... "wiro sableng" yang dengan kesaktiannya setiap hari pasti tidak mandi dan pake baju itu terus ,*waktu tayang setiap hari dulu, trus suka pamerin dada, sebagai bukti sejarah bahwa wiro sableng salah satu duta homo , salut...!!! Kemudian kalo masih ingat "pendekar yoko" dimana dengan kekuatannya bisa meringkas luasnya dunia ini dalam studio seukuran setengah lapangan bola, dan diisi dengan stereofom aja, huft...
Ya itulah pendekar di dalam kepala produser, ALAY... belum lagi ada pendekar blesteran, yaitu di dalam "dendam gunung merapi", mak lampir namanya, gabungan antara hulk dan elektra. Haha... Ya paling nggak ada satu kebenaran tentang pendekar, yaitu punya kekuatan dan keahlian bela diri. Dalam pemahaman filosofis sendiri mengenai pendekar, dan kebetulan dulu pernah ikut perguruan pencak silat ternama di kotaku. Seorang calon pendekar ditempa, dilatih fisiknya. Dari jurus dasar, kuda-kuda, hingga jurus syarat tingkat dasar. Ada istilah men sana in copore sano, didalam jiwa yang sehat terdapat tubuh yang kuat. Intinya kalo gila gak bisa dibilang pendekar, heuheu. Pendekar juga ada yang baik ada yang jahat seperti halnya cewek ada yang cantik ada yang cacat *helooh...!! Pendekar baik biasanya pasti menang, atau paling gak mati dengan wibawa yang tinggi, disegani. Tapi kalau pendekar jahat pasti nakal, suka ngintip, dan pasti kalah... Heuheu.
Kemaren tepat malam 1 muharam, di kotaku ada keramaian tahunan. Ratusan berkostum hitam hitam menghitamkan jalanan kota. Suara knalpot sepeda montor khas bengkel kabupaten meramaikan kota, namun saking ramainya jadi terganggu, hingga sepantasnya dibakar saja kendaraan mereka, trus orang orangnya dibakar hidup hidup di atasnya. Tapi terlalu sadis dan kata ibu itu tidak boleh, dan satu alasan lagi yakni gak pengen setor nyowo heuheu alias wedi. Merekalah pendekar-pendekar yang sedang konvoi di jalanan. Kadang terbawa emosi hingga terbawa ke tindak anarkis. Namun 2 tahun kebelakang suasana ini tak lagi mencekam, singkatnya udah lebih aman. Biar sejarah itu hitam kelam, namun masa depan masih cerah.
Itu mungkin pendekar yang kelihatan seperti pendekar. Namun melihat pendekar adalah individu yang memiliki keahlian, pendekar ada yang gak kelihatan sebagai pendekar. Antara lain pendekar kekuasaan, pendekar birokrasi, pendekar hukum, pendekar agama, pendekar perekonomian. Dan semoga pendekar-pendekar itu masuk dalam golongan yang baik, yang jujur dalam berjuang. Dunia begitu kompleks dan banyak konten, berarti banyak persamaan yang diperdebatkan, sehingga terdabat banyak perbedaan. Perlu satu pendekar, yakni pendekar kebenaran yang gak mungkin datang kalau ditunggu, tapi sulit untuk mencarinya...
<Satu ini untuk pendekar dan calon pendekar bangsa, salam pendekar sebangsa...!!!>

Satu titik hitam pada wanita

Selalu bicara seenaknya, seolah paling benar. Kadang membuat pernyataan yang menuduh kepada seseorang, padahal gak sadar juga begitu. Hal-hal yang dilakukan dibenarkan dengan alasan-alasan yang masuk akal namun bertentangan apa yang pernah dikatakan. Sering ngobrol atas nama curhat tapi membawa nama orang lain. Glamour dibilang demi feminim. Beban mengada ada dijadikan alasan untuk suka atau tak suka, mau tidak mau. Dan tak pernah merasa salah hanya karena dirasa telah berpikir sebelum bertindak. Entah, tiada yang tahu bagaimana Tuhan menilai sebuah kebenaran, entah Tuhan melihat dari sisi mana. Tapi yang aku yakin bahwa persepsi Tuhan pasti dapat diterima dengan adil. Bagaimanapun Tuhan tetaplah Tuhan yang maha tahu. Bukan tidak mungkin kebenaranNya bertentangan dengan yang kita anggap benar. Kemudian yang jelas kita hidup diantara orang yang bermacam persepsi, dan tidak mungkin untuk dianggap sebagai gonggongan anjing yang tak dihiraukan oleh kafilah. Rumit untuk bicara yang adil, tapi setidaknya semua dalam ruang kesadaran, pun kesadaran yang tidak egois. Mungkin ini satu alasan yang bisa kuterima jika wanita yang banyak masuk neraka. Dan karena pernah kudengar jika diantara lelaki dan wanita lebih banya neraka bagi wanita, ini bisa kuterima.
Ini mungkin bukan yang adil pula bagi yang baca, bahkan dianggap seenaknya. Tapi yang kuharap ini mampu membuat lebih berfikir diluar diri sendiri.