Es Kopi

Kebayang nggak, menu es kopi. Kopi biasanya disajikan dalam kondisi panas, sekarang dibuat dingin. Waw... Pahit yang dingin. Percaya gak percaya aku tak bisa menolaknya, dan suka. Dasar mantan, kamu bener-bener es kopi.

Dafug kembali...

Hanya rokok di kereta

Ini sebenere kejadian kemaren waktu pulang dari surabaya naik kereta. Uda lama... Bgt pulang gak naek kereta. Selain lantaran bokek, jadwal kuliah yang memaksa tiap pulang naik bus. Kebetulan kali ini liburan, plus uang cukuplah buat menikmati perjalanan si ular baja. Heheu...

Aku demen banget naik kereta karena lebih banyak melihat jenis-jenis manusianya. Apalagi naik kereta sancaka, hmm... Setidaknya beberapa ada wajah manis yang manja, makanya lebih milih naik kereta ketimbang bus.

Di kereta aku sempet bener-bener malu. Mungkin kamu pernah juga ngerasain, apalagi yang asli jawa. Yakni waktu di fasilitas publik yang pasti ramai. Ada banyak kasta umur, status, juga latar belakang. Ketika ada orang lebih tua dari kita menawari kita makan. Atas nama remaja didikan adat jawa, seharusnya aku bisa menolaknya sebagai rasa wibawa. Tapi kondisi perut kebetulan lapar juga. Gak memungkinka untuk lebih dahulu diskusi dengan perut, sedangkan bapak itu sudah menyodorkan sebungkus nasi pecel di pangkuanku. Ucap syukur dan istighfar saling berebut di benak. Akhirnya jalan bareng, dua-duanya kupanjatkan. Syukur atas nikmat yang diberi, dan istighfar karena telah menjadi seperti pemuda memalukan, gak punya kemaluan terhadap orang yang lebih tua.

#Dafug...

kopi gerimis

kalo slank punya kopi air hujan, di sini aku kasih kopi gerimis. Because what??? *ala Dhani!!!. Mungkin kopi aku ambil dari blog ini agar kelihatan nyambung, dan gerimis karena pagi ini masih dirundung mendung dan rintik hujan. hahaha... Tapi nggak kok, aku pengen ngebahas bab politik kali ini. "KOK POLITIK..???, APA HUBUNGANYA MA KOPI ????"

Sebelumnya aku pengen sedikit cerita kok bisa-bisanya aku kenal politik. Dulu waktu sma aku kira politik itu sebatas orang-orang yang di jakarta sana dan apa saja yang dikerjakannya. Ditambah model pengajaran waktu sma yang menurut aku udah jadul sih... tapi justru selepas lulus, aku mulai mengenal politik. Dan gara-gara mengerti apa itu politik, hidupku malah semakin menderita. Tau kenapa ?? sejak aku ngerti politik, tiap aku lihat tivi pagi-pagi, baca koran waktu di warung mak'e kemudian lihat berita lagi sore sampai malem. MIRIS... baru kali ini aku ngerasa jadi orang tu malu, punya negara yang sedang digoyang problematika politik. Dan semakin aku mengerti politik, semakin bosan membahasnya. Karena sejak kita terbangun pagi, secara nggak langsung aku udah dipolitiki. Bayangin aja, sebuah pemilik stasiun televisi membuat acara musik pagi yang ditujukan untuk para penikmat musik yang rata-rata kaum muda. Tapi lihat apa yang dipertontonkan ???? generasi-generasi muda sedang dibentuk menjadi mahkluk-mahkluk 4L4y 5uP3r, generasi budak-budak nggak punya malu. Kenapa ?, nggak ngerasa ?? bisa dibuktikan lewat jejaring sosnet. Peradaban alay dan ababil sedang tumbuh pesat, adapun yang sok hero, padahal sama sekali nggak move on. lalu apa hubungannya dengan politik ?, Jelas ini merupakan metode pembutaan masal yang dilakukan para teknokrat yang berkuasa. Sampai nanti ada peradaban yang mudah dibohongi dengan hiburan gak bermanfaat, padahal itu cuma modus mencari kekuasaan.

kembali ke politik ?. Jadi apa sih sebenarnya politik ?. (silahkan cari di mbah google... buanyak) Tapi secara keseluruhan politik merupakan suatu tindakan / strategi / proses / kegiatan... untuk menentukan suatu tujuan dan melaksanakan tujuan tersebut. Ada yang menyangkutkan politik erat dengan kekuasaan. Bisa saja, tergantung kekuasaan itu sendiri diletakkan sebagai modal atau hasil dari politik. Namun aku pengen sedikit memalukan diri lagi... sedikit sembarangan bicara bahwa menurutku politik itu amat sangat luas. Aku anggap semua kebenaran di dunia ini adalah politik. Kenapa ? karena setiap kebenaran pasti ada maksud / tujuannya. Bahkan aku sendiri nggak menyadari perilakuku sehari-hari merupakan bentuk politik yang lebih kecil. Aku minum air agar sehat, Aku makan agar punya tenaga, aku ngerayu agar dapat perhatian, dan setiap tindakan dengan agar agar yang lain. Bagiku itu termasuk politik, bagaimana kita mencapai kata setelah agar itu adalah dengan kata sebelum agar itu sendiri.

kembali menyoroti kondisi politik negara, yang membuatku muak adalah transparansi kegiatan politik yang mudah sekali memicu kritikan. Fenomena-fenomena yang terjadi terlalu jelas menggambarkan black campaign besar-besaran yang dilakukan para teknokrat bejad. Kasus korupsi menjadi sarapan pokok media masa, pemilik media masa melihat itu sebagai celah menjatuhkan lawan politik. Saling serang terjadi, wasit pun ikut berpolitik. Muncul orang-orang mengatasnamakan pahlawan lembaga, ternyata juga ujung-ujungnya kekuasaan. Pemuda-pemuda dikaderkan dengan cara yang salah, jadinya pun ya ikut arus suram di medan politik.

so... gimana kopinya tadi ??? kopilah yang punya skill politik murni. looohhhh... maksudnya politik asik itu seperti cara kopi menguasai para penikmatnya termasuk aku. Dia ditakdirkan semenjak bibit untuk menjadi bubuk yang kelihatan hitam legam, butuken, rodok mbusik... sejatinya nggak terlihat dari penampilannya yang sederhana bahkan nampak kumuh. Pahitnya justru amat sangat diterima tanpa kritik. Panasnya tak pernah membakar kenikmatannya, tetap saja nikmat. Dengan kuasanya, gula, susu, maupun teh sangat mendambakannya. Non minuman pun mendukung, dari camilan sampai rokok. so... Berpolitik ala Kopi itu SEMPURNA....

Kopi dan Rokok dari Tuhan

Seminggu lalu sempat punya rencana buat permak blog. Sedikit mengenang beberapa tulisan yang sebelumnya. Satu persatu kubaca, tapi semakin bosan saja. Akhirnya aku sadar, buat apa sebenarnya blog ini, apa gunanya buat aku. aku langsung off line, dan rencana buat permak pun aku buang ke tong sampah tetanggaku yang cerewet.
Entah setan apa yang menghasutku. Ketika paginya aku kok jadi pengen buka blog-blog yang menarik. Anehnya dari sekian blog, mulai dari bisnis sampai museum virtual yang aku baca, justru blog remaja-remaja labil dan idiot yang menarik. padahal kebanyakan isinya merupakan aib kehidupanya yang menyedihkan (read. menjijikkan). aku mikir kalau saja ada abg yang baca mungkin bisa dianggap sesat, bahkan termasuk golongan kafir. Astagfirullah... iblis telah mengenal sosnet ternyata. Seketika para malaikat berdemo, meneriak kencang "kamu syaitan, kamu kafir, sesat... neraka adalah tempatmu". Suara ratusan malaikat itu begitu begitu kencang. Aku masih menutupi kedua telingaku dengan tangan karena saking kerasnya teriakan mereka. Sayangnya, mataku tak ada yang menutupi, dan untuk memejamkan mata lebih lamasudah tak bisa. Akhirnya aku pun melihat tangan malaikat-malaikat itu menunjuk ke arahku... FUKKK... Aku berusaha kabur dari kondisi itu, sampai ada utusan Tuhan menghadangku di hadapanku dan menarikku ke pinggir, tepatnya di sebuah angkringan pinggir jalan yang sama sekali nggak mewah. Utusan Tuhan itu berupa secangkir kopi dan rokok. Di angkringan itu juga aku ditawari sebuah pengampunan bersyarat atas penyesatan-penyesatan yang lalu. Syaratnya adalah aku diminta membuat sebuah halaman web, dimana disitu aku disuruh untuk menceritakan tentang mereka. Dibawah sinar rembulan yang penuh pertanyaan dan pergunjingan, negosiasi tak terasa sudah mencapai keputusan. Aku terima perintah yang di sampaikan utusan Tuhan itu. Mereka pun pergi bersama ampas kopi dan abu sisa rokok yang bertebangan terbawa angin.

Dan inilah jadinya "KOPI BIN UDUD", dua utusan Tuhan untukku... ^_^

Aku tak mau

Aku tak mau menjadi penerus kebusukan itu. Yap, hal yang terlanjur kukatakan busuk, satu keangkuhan. Tapi semakin mengkhawatirkan ketika keadaan seakan mengantarku kepada kebusukan itu. Sejujurnya, tak sedikitpun ada niatan menjadi seperti yang aku hina sebagai kebusukan. Aku hanya berusaha memberikan kebaikan. Aku hanya bisa berdoa semoga tak menjadi busuk. Dengan sepenuh hati, i.allah aku terima konsekuensinya. Jika itu benar terjadi, aku siap mendapati kebusukan itu. Dan aku siap memenuhi syarat. Syarat tentang jaminan kebaikan bersama. Hanya saja, jangan ambil dia dariku dahulu. Aku masih membutuhkannya. Sedikit dibalut nuansa romansa, kukatakan dia telah menjadi bagian dari semangat hidupku. Aku mohon...

Untuk besok

Aku tak minta kenikmatan dalam pikiran ini. Sebenarnya aku takut ketika kenikmatan itu benar-benar terjadi, namun sebenarnya itu buruk buatku. Aku takut... Engkau yang maha tahu, kesekian kalinya hamba yang berlumur dosa ini memohon, apapun yang terjadi besok adalah baik dan berkah untuk ku... Amien!!!

Sebuah renungan

Dalam kegelapan terbalut sunyi, sebuah kesempatan kembali kudapati diri ini sendirian bercengkrama sendu. Beberapa wajah itu menyapaku. Wajah-wajah yang membuatku tak bisa lagi menahan air mata. Mengiba ampunan dan permohonan kepada Tuhan. "ya Allah, wajah itu pernah memintaku menjadi lelaki yang kuat dan tangguh. Yang mengajakku menjadi insan seperti yang Kau minta. Dan wajah itu, tatapannya menghakimiku dengan putusan-putusan yang membuatku tak kuasa melanjutkan waktu yang tersisa, bahwa aku telah sesat, bahwa aku terlanjur kafir. Ya Allah, kemudian wajah yang itu tak lama tadi kulihat dia juga bersimpuh mendoakan seorang aku yang tak pernah membuatnya sedikit saja tersenyum. Dan wajahku sendiri menuduhku sebagai laki-laki munafik bermacam muka pembohong, sebagai harapan yang amat mengecewakan, sebagai insan yang paling tak pantas diberi kesempatan untuk hidup. Dan nyatanya aku sekarang masih hidup. Aku tak minta dimatikan, aku tak minta kembali dihidupkan dalam kesucian. Yang aku minta, disisa waktu yang Kau berikan, jagalah aku, sadarkan untuk segera memperbaikinya sebelum tiba waktuku. Aku tak ingin membebani, aku pun tak ingin membuat wajah-wajah itu menyesal. Aku tak ingin meninggalkan dunia ini dengan keadaan kekecewaan padaku. Sungguh, aku tak tahu harus bagaimana memulainya ?, mungkin sebenarnya Engkau telah menjawabnya dengan caramu yang sungguh menakjubkan. Tapi kurasa aku masih belum mampu memahaminya. YA ALLAH, Ya Tuhanku, saat ini kupanggil-panggil namamu, tanda aku sangat membutuhkanmu, sadarkan aku, sadarkan aku, sadarkan aku. Selamatkan aku dari tipu daya ini. HANYA PADAMU, SUNGGUH HANYA PADAMU YA RABB..." masih dalam selimut kebingungan, bingung dari sosok diriku ini, yang sangat hina. Aku hanya mampu pasrah padaMU YA RABB...

Kau lebih

Engkau lebih dari marisa sang dewi itali,
lebih dari sachiko si geisha, ataupun kanara...

U ar so simple 4 me... Awesome...

Sang petualang 3

Hingga rasa duka datang, saat kehilangan yang hadir telah membuka tabir perjuangan-perjuangan selama ini...
Ternyata perjuangan yang sebenarnya tak semegah khayalan, ataupun impian-impian yang sempat aku bincangkan dengan serius...
Perjuangan itu tak membicarakan tentang usaha2 dimana setiap minggu ada saja bahasan...
Ternyata tempat ini tak membutuhkan usaha pewujudan angan2 kita khalayak tua, aku paham angan2 itu adalah angan2 baik semuanya. Tapi aku tak melihat sebuah kemanusiaan disana.

Sampai pada kenyataan bahwa nyatanya mereka yang belakangan adalah sosok murni, tiba2 menjadi iblis berwujud malaikat. Tak nampak lagi panduis, ataupun pramukais murni.
Berulang kali mengucap ikrar2 kemarin, seperti ingin mengadu saja pada mereka. Tapi ikrar itu malah seakan membentakku.

TRI SATYA, DASA DHARMA, SANDI AMBALAN... Aku tak butuh itu diucapkan ataupun dihafalkan. Karena tak nampak lagi cerminan murni di sana.

Kutemani "mereka" dipersemayaman. Kunikmati, kucumbu kalau bisa.

Selamat tinggal, selamat jalan, walau mungkin ada yang menanti sampai kunjung datang, aku tetap ucapkan perpisahan ini. Tapi, tanpa atribut, tanpa seragam, tanpa empirisme kepanduan dan kepramukaan, aku kan jamin, aku tak akan menjadi pengkhianat ikrar2 itu, karena terlanjur aku kubur dalam hatiku saja...

Sang petualang 2

Aku hanya merasa ada yang salah...

Ketika dulu dituduh dan menuduh diriku sebagai korban penipuan sebuah perburuan anggota...
Ketika seragam, kegiatan, adat, aturan, prosedur, skill, dan pro kontra persepsi dan pendapat,
semua itu nol, bukan apa2, dan cuma kosong,
seperti tempat sampah punyaku...
Yang sampahnya adalah kebodohan-kebodohan tak masuk akal.

Aku mengalami proses dengan rasa tertipu, mendendam, dan segala tuduhan-tuduhan terpendam...

Saat di bayangkan adalah keakraban dengan alam, kehangatan