hidupku bersyair

diantara redup sunyi,
dari sepasang telinga wajar,
kudengar alunan layaknya syair,
sebait syair kehidupan bersenandung lirih,
lewat bibir sang rembulan,
yang sedang bersembunyi dibalik tirai awan hitam...

aku terkejut layu,
tubuhku kaku,
mataku menatap sayu,
bagaimana mungkin sepasang mata Adam bisa meneteskan air,
anginpun turut berhenti dan tertegun,
tenyata seorang dari kaum Adam yang seharusnya telihat kokoh,
air mata bisa jatuh dari matanya.
meskipun bukan aku,
walaupun air mata itu bukan dari mataku,
tetapi sebait syair itu sudah menhujam batinku,
mebuat hatiku menangis yang lebih kencang dari tangisan bayi,
mebanjiri jiwaku dengan sejuta tanya,
karena aku juga turut merasa....

hasratku untuk marah,
tapi pada siapa,
inginku tertawa bahagia,
tapi apa pantas,
aku malu,
tapi ucapku masih bisu...

berharap mimpi ini segera usai,
tapi tetap saja,
karena ini adalah kenyataan,
yang mengahruskan aku bermimpi untuk mimpi orang lain...

padahal aku bikin ini sebagai sebuah sandiwara,
tapi ia bilang ini nyata,
lalu salah siapa...

tak perlu menyalah siapa,
kaena tak ada yang perlu dipersalahkan,
apa lagi disesalkan,
penyesalan bukanlah jawaban...

mungkin ini memang bagianku,
sebait syair kehidupan yang harus kuterima,
diantara bait bait lain,
yang entah kapan dan bagaimana...

0 komentar: