Gak jelas 1

Uh... Entah dengan apa yang tertulis oleh perasaan malam ini. Semangatku hilang, untuk bicara, untuk turut becanda, untuk mengucap maaf ma ibu, untuk segera memikirkan kontrakan yang sedang rusak, untuk mengerjakan tugas-tugas makalah, untuk segalanya. Tak ada yang ingin diingat, tak ada yang ingin direncanakan, tak ada yang ingin sedang dikerjakan. Bosan sudah... Kembali kepada "entah". Bukan gak jelas... Ow ya gak jelas, itu jawabnya sebelum aku tidur.

BUKANKAH...

bukankah...

awalnya kita bermain petak umpet dalam lebat rimba

kau mencari aku sembunyi, ku mencari kau sembunyi

sampai kita bosan dan memilih berjalan menikmati gemerlip embun diujung daun pinus

meniti setapak bergandengan

sampai jalan terhadang ilalang

dan kabut turun selimuti pandangan

tapi seakan bukan tujuan

terus berjalan meraba jejak-jejak

itupun kita masih bisa kembali tersenyum bukan

bukankah...

sama-sama pernah kita terperosok ke jurang

dan sempat menikmati sambil meraba juga mencumbu awan

kita nampak masih bahagia menunggangi ketinggian

lalu bersama kita tersadar

berusaha meraih dengan memukul dan mencakar-cakar langit

kita paniik kita melapas genggam

tersadar kita dari mimpi itu

sayang tempat jatuh kita sangat berjauhan

aku berusaha mencari

sedang aku tak tahu apakah juga sama-sama saling mencari

berharap jika ya, satu titik akan bertemu

ditengah garis jejak-jejak kita mencari

namun terasa lama, hingga berharap cukuplah mayatmu ku dapat

namun sungguh malapetaka jika ku tahu aku tak menemukanmu...

TERNYATA

prasangka-prasangka yang tak mendamaikan itu ternyata sebait puisi tentang cinta,

kegelisahan-kegelisahan karena kecemburuan itu adalah bait keduanya,

rasa takut untuk kehilangan itu menjadi bait ketiga,

rasa dendam karena terabaikan, rasa penyesalan karena kesalahan, rasa ingin mendapatkan kembali

ADALAH BAIT-BAIT SELANJUTNYA DALAM PUISI TENTANG CINTA

luasnya dunia ini bisa menjadi sebuah puisi yang indah dan cantik

kata-kata yang indah penuh gambaran perasaan

sungguh masuk ke hati dibaca

NAMUN SATU YANG DISEMBUNYIKAN PUISI-PUISI ITU

yaitu bawa puisi tetaplah puisi,

tulisan-tulisan di lembar-lembar kertas kadang tak berjudul dan terlanjur

benda yang gak lebih berarti dari sebungkus nasi,

isinya hanya tulisan yang terlihat ngawur...

disitulah tujuan puisi dibuat,

dalam kata-katanya yang gak karuan,

ada surga, ada jalan, ada kedamaian

BEGITULAH PUISI TENTANG CINTA ITU...

NOW I KNOW,THIS IS WHAT GOD INTRODUCES HIMSELF, LORD LOVE LIKE THIS...

Pendekar

Pendekar adalah istilah yang disematkan pada seseorang yang memiliki kemampuan bela diri. Di negeri ini istilah pendekar tak lepas dari dongeng-dongeng kerajaan dulu. Visualisasi di televisi nampak jika pendekar adalah orang yang bisa bela diri, punya jurus andalan, punya ajian pamungkas, bisa menggunakan celana dalam... Eh tenaga dalam ^_^, dll. Memang karakteristik pendekar itu istimewa, punya kelebihan yang awesome... Sehingga mungkin oleh para produser film atau penulis dongeng pendekar berusaha melebihkan yang udah lebih, memaksakan lebih yang gak lebih biar lebih awesome... JADINYA... "wiro sableng" yang dengan kesaktiannya setiap hari pasti tidak mandi dan pake baju itu terus ,*waktu tayang setiap hari dulu, trus suka pamerin dada, sebagai bukti sejarah bahwa wiro sableng salah satu duta homo , salut...!!! Kemudian kalo masih ingat "pendekar yoko" dimana dengan kekuatannya bisa meringkas luasnya dunia ini dalam studio seukuran setengah lapangan bola, dan diisi dengan stereofom aja, huft...
Ya itulah pendekar di dalam kepala produser, ALAY... belum lagi ada pendekar blesteran, yaitu di dalam "dendam gunung merapi", mak lampir namanya, gabungan antara hulk dan elektra. Haha... Ya paling nggak ada satu kebenaran tentang pendekar, yaitu punya kekuatan dan keahlian bela diri. Dalam pemahaman filosofis sendiri mengenai pendekar, dan kebetulan dulu pernah ikut perguruan pencak silat ternama di kotaku. Seorang calon pendekar ditempa, dilatih fisiknya. Dari jurus dasar, kuda-kuda, hingga jurus syarat tingkat dasar. Ada istilah men sana in copore sano, didalam jiwa yang sehat terdapat tubuh yang kuat. Intinya kalo gila gak bisa dibilang pendekar, heuheu. Pendekar juga ada yang baik ada yang jahat seperti halnya cewek ada yang cantik ada yang cacat *helooh...!! Pendekar baik biasanya pasti menang, atau paling gak mati dengan wibawa yang tinggi, disegani. Tapi kalau pendekar jahat pasti nakal, suka ngintip, dan pasti kalah... Heuheu.
Kemaren tepat malam 1 muharam, di kotaku ada keramaian tahunan. Ratusan berkostum hitam hitam menghitamkan jalanan kota. Suara knalpot sepeda montor khas bengkel kabupaten meramaikan kota, namun saking ramainya jadi terganggu, hingga sepantasnya dibakar saja kendaraan mereka, trus orang orangnya dibakar hidup hidup di atasnya. Tapi terlalu sadis dan kata ibu itu tidak boleh, dan satu alasan lagi yakni gak pengen setor nyowo heuheu alias wedi. Merekalah pendekar-pendekar yang sedang konvoi di jalanan. Kadang terbawa emosi hingga terbawa ke tindak anarkis. Namun 2 tahun kebelakang suasana ini tak lagi mencekam, singkatnya udah lebih aman. Biar sejarah itu hitam kelam, namun masa depan masih cerah.
Itu mungkin pendekar yang kelihatan seperti pendekar. Namun melihat pendekar adalah individu yang memiliki keahlian, pendekar ada yang gak kelihatan sebagai pendekar. Antara lain pendekar kekuasaan, pendekar birokrasi, pendekar hukum, pendekar agama, pendekar perekonomian. Dan semoga pendekar-pendekar itu masuk dalam golongan yang baik, yang jujur dalam berjuang. Dunia begitu kompleks dan banyak konten, berarti banyak persamaan yang diperdebatkan, sehingga terdabat banyak perbedaan. Perlu satu pendekar, yakni pendekar kebenaran yang gak mungkin datang kalau ditunggu, tapi sulit untuk mencarinya...
<Satu ini untuk pendekar dan calon pendekar bangsa, salam pendekar sebangsa...!!!>

Satu titik hitam pada wanita

Selalu bicara seenaknya, seolah paling benar. Kadang membuat pernyataan yang menuduh kepada seseorang, padahal gak sadar juga begitu. Hal-hal yang dilakukan dibenarkan dengan alasan-alasan yang masuk akal namun bertentangan apa yang pernah dikatakan. Sering ngobrol atas nama curhat tapi membawa nama orang lain. Glamour dibilang demi feminim. Beban mengada ada dijadikan alasan untuk suka atau tak suka, mau tidak mau. Dan tak pernah merasa salah hanya karena dirasa telah berpikir sebelum bertindak. Entah, tiada yang tahu bagaimana Tuhan menilai sebuah kebenaran, entah Tuhan melihat dari sisi mana. Tapi yang aku yakin bahwa persepsi Tuhan pasti dapat diterima dengan adil. Bagaimanapun Tuhan tetaplah Tuhan yang maha tahu. Bukan tidak mungkin kebenaranNya bertentangan dengan yang kita anggap benar. Kemudian yang jelas kita hidup diantara orang yang bermacam persepsi, dan tidak mungkin untuk dianggap sebagai gonggongan anjing yang tak dihiraukan oleh kafilah. Rumit untuk bicara yang adil, tapi setidaknya semua dalam ruang kesadaran, pun kesadaran yang tidak egois. Mungkin ini satu alasan yang bisa kuterima jika wanita yang banyak masuk neraka. Dan karena pernah kudengar jika diantara lelaki dan wanita lebih banya neraka bagi wanita, ini bisa kuterima.
Ini mungkin bukan yang adil pula bagi yang baca, bahkan dianggap seenaknya. Tapi yang kuharap ini mampu membuat lebih berfikir diluar diri sendiri.

nemu puisi di gudang...

ini kejadian waktu lagi kerja jaga gudang. nunggu tukang nggak dateng2, akhirnya sengaja aku bekal buku. akhirnya ampuh juga buat ngelawan boring. nggak sengaja waktu balik-balik lembaran buku, eh nemu puisi bagus. begini puisinya :
air mata

aku menangis sendirian
karena semua nabi bersabda
dalam waktu dan tanah yang berbeda

aku menangis sendirian
karena mungkin takkan pernah kudengar
kata-kata suci Tuhanku

dalam kesendirian melalui tangisan
kulihat pohon membungkuk
dengan bayangannya

dan dari langit kudengar matahari
berkata merdu di hatiku

Aku beri kamu kehidupan
dan semua kehangatan
betapa sering kau melupakanKu
suara yang sama kudengar dari perut bumi

Aku bantu kamu berdiri
dalam cara yang sama sekali
tak pernah bisa kau bayangkan

aku dengar suara dari pepohonan
suara yang sama menoleh pada tangisku
beristirahatlah
dalam teduh tangkai daunku

Mustafa pun bersabda

di luar batas ruang dan masa
Sang Kekasih selalu dekat
lupakan tahta, ilmu, ataupun kerja
panggil Dia
dengan seluruh tangisanmu

(kitab writerpreneur, hal 25, sofie beatrix)

sekali lagi aku baca, lalu habis dan kembali baca lagi. pengen ikut nangis tapi malu ma gudang. puisi di buku ini seperti tahu kondisi kejiwaanku yang lagi galau. wkwkwk.... dan GRUBRRAAAAKKK...!!! para tukang datang hancurkan semua penjiwaanku tadi. hufh...

asal tahu saja...

asal tahu saja...
aku bukan orang yang jujur,
jujur mengakui bahwa aku masih ingat kita

asal tahu saja...
aku bukan orang yang setia,
setia memaksakan kehendak kepadamu

asal tahu saja...
aku bukan orang yang pengertian,
pengertian terhadap diriku sendiri

asal tahu saja...
aku juga bukan seorang tegas,
tegas untuk saling menyakiti

yang aku ingin kita tahu,
disetiap bidang, disetiap ruang, di setiap kenyataan,
ada hal lain yang harus dipertimbangkan
DILUAR APA YANG KITA YAKINI DAN SEDANG KITA FIKIRKAN...

berilah satu alasan untuk tidak meyakini
kebenaran yang kita yakini benar
kebaikan yang kita yakini benar
yaitu ada sesuatu yang tidak kita tahu mengatakan "ASAL TAHU SAJA..."

Kembalilah kembali...

Sewaktu masih mungkin tuk kembali...

Lalu jangan berfikir masih bisa untuk kembali lalu bisa lagi kembali

jangan ragu untuk kembali...

Ingatlah pada pengembalian yang tak mungkin bisa kembali...

Kembalilah...
Kembalilah...

Jangan tunggu mentari jatuh untuk kembali...

Mungkin saja yang seperti kemarin untuk hari ini tak sama kembali...

Wahai jiwa yang sesak dengan takut dan keraguan, wahai raga yang terus menentang.

UNTUK HARI INI, DENGAN SEGENGGAM RASA YAKIN, SEMOGA BISA MENENGGELAMKAN LUASNYA SAMUDERA TAKUT UNTUK KEMBALI...

Amien...

Hukum menurutku...

Setelah tadi malem kumpul sama temen2 sma. Ada satu obrolan menarik diluar banyaknya orang kebingungan mencari kepastian lebaran. Obrolan tentang peradaban kalimantan yang nampak keras dibalut dengan kemistisan suku2 di sana. Hmm... Jangan bilang orang indonesia kalo belum pernah denger kemistisan negeri ini, apalagi orang jawa (karena aku sendiri orang jawa). Sebelumnya ini tidak punya maksud diskriminatif sedikitpun, tapi nanti diujung adalah mengenai adat, juga kebudayaan yang bagaimana jika hukum itu dipadukan dengan adat setempat. Bukan seperti sekarang yang menggunakan ayat2 hukum yang cenderung universal, dan hasilnya, ya seperti saat ini. Kembali mengenai cerita kalimantan, yakni tentang adat yang kebanyakan mengenai santet. Yap, santet menurutku pada umumnya adalah istilah ilmu mistis untuk menyerang orang lain. Di kalimantan masih kental dengan kebudayaan seperti ini. Dengan mengesampingkan alasan ilmiah, santet bagi beberapa orang menakutkan. Bahkan dijawa sendiri sebenarnya ada dan malah paling kuat. Konon katanya jawa merupakan tanah para mahkluk kasat mata, hingga suatu ketika datang seorang yang sakti mandraguna mampu menetralisir tanah jawa dari kekuatan mistis, sekalipun sampai sekarang pun masih, terutama antara laut kidul dengan daratan utara tanah jawa juga daerah2 dijawa timur yang terkenal akan budaya mistisnya. Buktinya sampai sekarang masih ada upacara2 adat yang intinya mengandung unsur magis. Mulai larung sesaji, sampai santet terselubung di daerah2 jawa. Mungkin tentang jawa ini, dalam "babad tanah jawi" lebih jelas. Lalu bagaimana dengan kalimantan???. Dari beberapa cerita dari teman yang merantau di sana. Aroma magis juga kental di sana, terutama santet. Ada temanku cerita temannya ada yang tulang tangannya tiba2 remuk, kena kista, bahkan stroke. Katanya juga akibat santet. Ada satu budaya yang kalo gak salah namanya "kepungan" dimana ketika seorang menolak tawaran makanan, maka orang tersebut bakal kena semacam santet. Karena bagi orang sana menolak tawaran makanan dianggap tidak menghormati orang yang menawarkan makanan. Nah no, gimana kita orang jawa dengan ahlinya sungkan tiba2 kita disantet. Cukup ngeri juga!!!. Ada juga dulu berita mengenai wanita yang diperutnya tumbuh kawat, atau kelamin dikepala katanya akibat santet pula. Nah, kalo memang santet bisa membuat seperti itu, mungkin bisa mengurangi karut marutnya negeri ini. Eits, sekali lagi ini bukan bermaksud diskriminatif, juga bukan menafikkan keberadaan pancasila, juga bukan mengada-ada. Hanya seandainya saja, bertolak dari akibatnya, mungkin lebih membuat orang takut ketimbang susah2 membangun sistem jeruji besi yang tak kunjung mengurangi pelanggaran. Bukan bermaksud merendahkan peran hukum, juga penegak hukum. Namun ini budaya yang dulu pernah punya masa, dimana belum masuk pengaruh sistem hukum universal ke nusantara. Budaya yang kuno namun masih ada di jaman sekarang. Bagiku hukum lebih baik merupakan sesuatu yang harus membuat takut, ketimbang membuat kestabilan. Dengan membuat orang takut, kestabilan datang sendirinya, namun ketika lebih mengedepankan kestabilan, hukum hanya akan jadi syarat minim untuk menkhianati kestabilan. Bagaimana jika suatu saat di sebuah daratan, punya hukum yang jika melanggarnya, adalah beban yang ditakuti, mungkin disantet. Orang tidak akan berfikir bagaimana untuk mengakali hukum yang ada untuk melangsungkan kecurangannya, tapi lebih dahulu takut untuk bertindak. Contoh kecil ketika ditilang karena lampu utama motor tidak nyala, kena denda atau sidang dan ada kemungkinan berusaha dengan sedemikian rupa agar cepat selesai urusan dengan penegak dan penegakan hukum. Tapi seandainya jika tidak menyalakan lampu utama akan disantet bakal kecelakaan, bahkan bisa membuat orang berfikir ulang untuk mengendarai motor, kan bisa menghambat global warming. Kemudian seorang koruptor akan dibuat kena penyakit keras, hmm... Mungkin bikin si koruptor mengurungkan niat dari pada tidak bisa menikmati dunia. Hahaha, namanya juga mimpi, mungkin saja bisa jadi kenyataan. Kalaupun tidak, seenggak-enggaknya bisa menyikapi hukum yang ada, dengan bagaimana seharusnya hukum itu ada. Bukan untuk dilanggar pastinya. Tentang pelanggaran2 yang berlangsung, juga penegakkan hukum yang nampak tebang pilih, ya inilah hukum sedang mengalami pertumbuhan, hukum sedang berproses. Satu yang pasti, setiap pribadi pasti punya hukum yang sejati, tidak lain adalah dari Tuhan, yang pasti adil, yang tidak mungkin salah mengadili. Dan juga siksa yang lebih pedih ketimbang hukuman terkejam didunia ini, dan nikmat yang lebih indah, ketimbang hadiah yang di dapat di dunia ini. Jangan gembira ketika tak kunjung mengadili, bukan karena belum ada bukti, melainkan Beliau yang menginginkannya. Dan jangan marah jika tak kunjung dapat nikmat, bukan karena Tuhan lupa, melainkan sedang membangun kenikmatan paling indah buat kita. Keep spirit to be the best person...!!!

Masih jauh

WAH... Itu mungkin jawabku dari jalan-jalan kemarin. Kagum, terkejut, juga merasa malu. Banyak sekali kejutan yang malah bikin sungkan. Bagaimana tidak. Kami orang luar yang tiba-tiba seolah menjadi sekelompok yang istimewa. Tamu tanpa undangan yang menjelma menjadi bangsawan yang mendapat pelayanan setingkat vvip. Tapi suguhan yang paling menarik yaitu ketika berbincang dengan orang yang tak terpikir bisa bicara dengan beliau. Yap, siapa sangka miss pariwisata indonesia menjamu kami dengan cerita-ceritanya tentang perhiasan langka dari negeri ini. Mendengarnya menyadari bahwa negeri ini adalah negeri dongeng yang didalamnya terdapat tempat-tempat indah titisan surga. Bahkan ketika berkunjung ke tempat-tempat itu tak seindah dongeng yang beliau ceritakan. Yap, aku dan kawan-kawan suka, bahkan mungkin kecanduan melakukan travelling ketempat-tempat menarik di negeri ini. Namun, dengan sedikit terdiam garuda masih hidup, dan menunggu ditempat-tempat seperti itu, menunggu kami yang datang dengan merah putih di dada kami. Yap, aku merasa malu menyadari di setiap tempat yang kami kunjungi, ada berlian yang tak sempat kami temukan. Dan berlian itu adalah budaya yang tak ternilai harganya. Mulai dari mitos, legenda, sejarah, asal usul, cerita rakyat yang sering bahkan selalu tak kami dapatkan. Ya, sadar kebanyakan dari travelling kami hanya menjadi hiburan dan hura-hura, sehingga kepuasan pun hanya singgah sesaat. Bahkan kegiatan wisata yang sebaiknya menjadi sarana penyejuk batin kami justru menambah beban kami karena selesai traveling hanya kantong dompet kami jadi kosong yang kami dapati.

Satu demi satu beliau ceritakan, hingga aku berhasrat untuk segera menginjakkan ke tempat tempat yang beliau ceritakan. Mulai dari air terjun madakaripura yang konon merupakan tempat yang angker dan mistis. Dihuni macam macam makhluk kasat mata, yang bahkan penduduk setempat tak bernyali untuk menyambanginya. Sampai suatu hari patih gajah mada datang dan membangun rumah tepat di sebelah air terjun itu. Katanya dengan kedatangan gajah mada para roh halus pergi lantaran takut atau hormat pada sang patih. Itu mengapa di sana dibuatlah patung raksasa gajah mada. Singkat cerita pak sby presiden RI semasa pemilu pernah kesana untuk mencicipi air suci. Yap, ada tempat di dalam area air terjun yang konon setiap gajah mada akan pergi melaksanakan titah raja pergi ke sana untuk meminta restu. Tapi sayang, planing kami untuk pergi ke sana gagal lantaran salah satu dari kami ada yang harus masuk kerja. Ya terpaksa harus aku tunda hasratku itu. Ada lagi tempat yang beliau ceritakan. Recomended juga untuk dikunjungi. Di kediri ada gua yang konon dulu menjadi persembunyian pki. Lupa sejarahnya gimana, yang jelas ketika disodori foto2nya udah bikin nafsu. Seolah ganti foto itu yang angkat bicara mengisahkan dirinya. Dari awal sudah membikin kami minta waktu itu juga pergi ke sana. Gua ya dari awal mulut gua sudah harus nyebur air. Ya, gua yang dibawahnya mengalir sungai yang konon tembusnya dengan laut kidul. Sampai dalam begitu mengagumkan melihat stalakmit yang menjulang tinggi, putih, dan alami bak berlian raksasa. Namun sekali lagi, tempat ini cukup masuk daftar tempat kunjungan slanjutnya dulu.

Selain putri pariwisata, siapa sangka kami dijamu para finalis kakang ayu probolinggo yang ganteng n cantik, dan jelas eksisnya. Karena sepakat teman mereka juga teman kami, secara tidak langsung bupati probolinggo dan menteri pariwisata juga bisa dibilang mereka teman kami walau cuma sesaat kemarin. Hehe... Sedikit numpang eksis. Kenapa di probolinggo ?, ya sesuai rencana kami ingin mengikuti upacara yadnya kasada di gunung bromo. Acara yang gampangnya merupakan sartijab sesepuh/dukun lama ke dukun baru. Acara yang digelar begitu ramai, turis lokal dan internasional tak ketinggalan. Acara inti digelar di pura di lautan pasir bromo, membuat hawa dingin juga debu pasir yang menjelma mirip kabut tak bisa dihindari. Namun hal ini tak mengurangi ke sakralan upacara kasada. Gamelan mulai di tabuh, lantunan gending jawa seolah menggetarkan sekeliling kawah bromo. Penerangan yang minim semakin membuat suasana mirip djaman kerajaan yang damai dan tentram. Sampai penghujung acara yaitu melarung sebagian hasil pertanian mereka ke kawah gunung bromo.

Hmmmeh... Next aq ingin kembali...

Yang jelas aku ucapin atas jamuan yang amat sangat istimewa di perjalan kali ini. Udah makan dianterin, tidur dibangunin, bahkan rela berbagi kmar mandi yang layak. Thaks buat para finalis kakang ayu probolinggo, juga putri pariwisata indonesia. Semoga bisa bertemu lagi...

Next, dengan ilmu beliau, smoga kami bisa dapatkan. Bismilah...

Alam dimana ?

ALAM... Pemberian yang terlupakan, aku dibelakang segelintir orang optimis. Diantara congkaknya globalisasi, digang gang sempit pemuja tuhan yang tersisa tinggal. Rimba sebagai peribadatan melangsungkan ritual jiwa. Sisa sungai bening gemericik air dari tebing menyanyikan irama tuhan yang damai. Hanya dipuncak menemukan daratan suci tanpa dusta. Di HATIKU kumencari rimba itu, irama tetesan butiran air yang mendamaikan itu, mencari puncak yang suci itu. Mungkin lebatnya hutan rimba di lereng gunung, irama menyejukkan tebing tebing yang menangis, puncak yang dingin, mereka yang tak bisa ku bawa pulang, yang tak bisa kusimpan dirak rak kamarku. Aku coba mendamaikan kontradiksi dalam jiwa, mengharap disposisi dari tuhan untuk pengampunan noda kehidupan. Sepi, damai dalam dingin aku rindu... Ku tunggu undanganmu selalu, walau tak bisa ku bawa pulang... Tapi aku yakin ada di dalam sana, dalam dada tempat itu juga pasti ada...

Baru namanya apa adanya

Jangan perbincangkan soal apa adanya, karena apa adanya itu alami. Murni tanpa manipulasi. Ya memang disana sini macam kematian pancasila terjadi. Korupsi meraja, kemelaratan merata, pendidikan seadanya, ekonomi cuma pengisi artikel kolom media cetak. Ya negeriku bobrok termakan usia. Ditinggalkan tuhan, persatuan cepat berlalu, keadilan termakan kepentingan segelintir orang, musyawarah kedok konspirasi elit mengelabui kaum jelata, mimpi peradaban yang beradab pun terjatuh dari dada sang garuda. Garuda telah kehilangan jiwa, tak sanggup lagi mencengkram keanekaragaman sebagai jati dirinya. Satu-satu helai bulunya terjatuh. Jangankan terbang kepakkan sayap, hanya terbujur di tanah mencoba bertahan.

Apa adanya negeri ini ??? Begitu banyak apa adanya yang terjawab oleh kemakluman, yang berujung pada keprihatinan. Begitukah apa adanya ini seharusnya ada??, haruskah sampai apa adanya hanya dibicarakan seperti ini terus ??. Ya kami adalah rakyat yang lapang dada. Itulah apa adanya... Ya!!!

Mupeng...

Aku rindu kala hari teteskan hujan dari langit...
Tak deras tak juga jarang...
Seperti lonceng-lonceng gurun tertiup angin...
Sepinya ramai menjadi landscape yg romantis...
Tak hirau mereka, hanya aku dan kamu...
Kasih kumadu bersama dingin...
Mari hangatkan dengan cumbu...
Mungkin malaikat marah melihat kami, mungkin tuhan jijik mengetahui, mungkin kami menikmati...
Langit mendung udara dingin air serasa beku...
Tapi bukan kami...

PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP KEBUDAYAAN LOKAL

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Globalisasi merupakan satu proses di dalam peradaban manusia yang berkembang terus menerus dalam masyarakat. Perkembangan pemikiran manusia di bidang ilmu pengetahuan membuat laju globalisasi semakin cepat. Adanya globalisasi tidak hanya menimbulkan modernisasi peradaban manusia, melainkan juga menciptakan berbagai permasalahan yang harus diselesaikan demi memanfaatkan globalisasi bagi kehidupan manusia. Sekitar dua dekade lalu istilah globalisasi muncul dan baru satu dekade selanjutnya globalisasi dikenal sebagai sebuah ideologi. Sehingga memunculkan pula berbagai macam sudut pandang mengenai globalisasi. Yang jelas globalisasi merupakan sebuah proses yang ditandai dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi hingga merubah wujud dunia seperti sekarang ini. Contoh sederhananya adalah terciptanya jaringan internet. Internet membuat orang di belahan bumi manapun akan dapat mengakses berbagai informasi dari belahan dunia yang lain dengan cepat. Dengan kata lain terjadi interaksi antar masyarakat bahkan dengan jarak sangat jauh, dan akhirnya akan salin mempengaruhi, terutama dalam aspek kebudayaan.

B. Rumusan Masalah

Munculnya globalisasi menciptakan berbagai masalah terhadap eksistensi kebudayaan lokal. Globalisasi memudarkan rasa cinta terhadap kebudayaan yang merupakan jati diri suatu bangsa, atau dengan kata lain terjadinya erosi terhadap kebudayaan asli bahkan memungkinkan untuk menghilangkan kebudayaan asli.

C. Tujuan

Tujuan makalah ini yaitu untuk mengetahui pengaruh munculnya globalisasi terhadap kebudayaan lokal.

D. Hipotesis

Munculnya globalisasi menciptakan dampak positif maupun negatif terhadap kebudayaan local. Oleh sebab itu perlu adanya penanganan terhadap globalisasi yang begitu cepat dewasa ini. Adapun langkah penanganannya yaitu : perlunya penyeleksian terhadap budaya asing yang masuk agar globalisasi tidak merugikan bagi kebudayaan lokal, juga mengurangi acara yang menampilkan budaya asing dan meningkatkan pertunjukan-pertunjukan yang bertajuk budaya lokal.

BAB II PEMBAHASAN

A. GLOBALISASI DAN KEBUDAYAAN

Dapat kita rasakan globalisasi telah membuat masyarakat dunia termasuk bangsa Indonesia ini harus menerima kenyataan bahwa kebudayaan asing akan masuk dan mempengaruhi seluruh aspek kehidupan bangsa terutama aspek kebudayaan. Sehubungan dengan kebudayaan, kebudayaan sendiri menurut Koentjaraningrat merupakan keseluruhan sistem gagasan atau ide, tindakan dan hasil karya manusia yang didapat melalui proses belajar. Dengan kata lain hal ini menyangkut tingkah laku manusia yang pada dasarnya dipengaruhi oleh apa yang ada dalam alam pikiran manusia. Salah satu hasil pemikiran manusia yaitu berupa kesenian yang merupakan subsistem dari kebudayaan. Bagi bangsa Indonesia ini, kebudayaan menjadi satu wujud jati diri yang seharusnya diberi proteksi dari pengaruh asing demi menjaga keberlangsungan bangsa. Ditambah kenyataan bahwa bangsa Indonesia memiliki kebudayaan yang beraneka macam, termasuk kesenian itu sendiri. Dewasa ini nampak jelas kesenian rakyat menjadi satu aspek yang sangat terpengaruh masuknya globalisasi. Cepatnya perkembangan globalisasi dalam kebudayaan dipengaruhi adanya akses yang mudah dalam memperoleh informasi global. Namun kenyataannya hal tersebut justru menjadi senjata makan tuan bagi bangsa Indonesia dan menjadi masalah yang krusial, karena perkembangan teknologi informasi justru dikuasai oleh negara maju, bukan negara berkembang seperti Indonesia. Dampaknya negara berkembang seperti Indonesia menjadi tertinggal dalam perkembangan globalisasi di bidang politik, ekonomi, sosial dan budaya. Kemudian juga karena perkembangan ilmu pengetahuan dan informasi dikuasai oleh bangsa barat, maka muncul anggapan apa yang datang dari barat dianggap sesuatu yang lebih modern dan global. Komunikasi serta transportasi global telah menghilangkan batas-batas budaya antar bangsa. Kebudayaan bangsa cenderung pada arah globalisasi dan menjadikan peradaban global yang melibatkan manusia secara menyeluruh. Bahkan jika mau menarik sudut pandang yang lebih berani, bisa dikatakan globalisasi merupakan bentuk baru dari upaya penguasaan negeri barat dalam bentuk yang lebih luas dan modern setelah imperialism juga kapitalisme. Hingga suatu saat mungkin tujuan bangsa barat lewat globalisasi adalah membuat setiap bangsa non barat kesulitan mencari jati dirinya yang telah hilang tergerus arus globalisasi. Dimana letak jati diri sebuah bangsa yang paling penting adalah dalam kebudayaan lokalnya, terutama Indonesia yang berkebudayaan heterogen ini.

B. GLOBALISASI DALAM KEBUDAYAAN LOKAL

Adanya proses saling mempengaruhi merupakan fenomena alami yang terjadi dalam interaksi dalam kehidupan bermasyarakat. Kemampuan dipengaruhi juga mempengaruhi sangat berperan dalam menhadapi perkembangan dunia yang selalu saja mengalami perubahan ini. Perkembangan dunia yang bergitu cepat dewasa ini, membuat perbedaan yang jauh antar generasi walau hanya selang antara satu atau dua generasi. Namun jika kita mau teliti lebih jauh, perubahan seperti ini di negara maju sebenarnya berlangsung lama. Pada hakekatnya bangsa Indonesia juga bangsa berkembang lain mengalami perubahan karena dipengaruhi pengaruh asing yang didapat melalui interaksi. Inilah yang terjadi dalam proses globalisasi. Bangsa Indonesia memiliki masyarakat yang mejemuk dalam hal sosial, budaya, juga geografisnya. Namun seiring jalannya perkembangan globalisasi,ditambah perubahan dunia kearah liberalisme, keberadaan kebudayaan dalam masyarakat yang majemuk ini sangat mungkin bahkan pasti untuk dipengaruhi budaya global. Terutama dalam masyarakat lokal yang awalnya lebih cenderung tertutup, juga terkotak-kotak, serta memiliki cirri khas masing-masing, sekarang berubah menjadi terbuka dan berkembang kearah homogen serta ciri khas suatu masyarakat lokal berganti dengan cirri-ciri masyarakat global. Globalisasi telah menghilangkan batas-batas budaya antar bangsa yang menjadi jati diri masing-masing bangsa. Globalisasi lewat sarana komunikasi lebih sering menunjukkan kebudayaan global dari barat, missal lewat siaran TV juga layanan internet. Dan nyatanya memang muara keberadaan sarana itu berasal dari barat, sehingga bisa dikatakan yang punya kendali atas perkembangan globalisasi ini adalah mereka bangsa-bangsa maju, dalam hal ini adalah bangsa barat. Fakta demikian ini member bukti bahwa betapa pentingnya peran bangsa maju dalam perkembangan peradaban manusia, terutama dalam bidang kebudayaaan. Dan mau tidak mau globalisasi telah merambah kesenian lokal asli kita saat ini. Padahal keberadaan kebudayaan asli kita merupakan salah satu jati diri bangsa yang perlu dijaga dan dilestarikan. Namun disisi lain tidak bisa kita cegah keberadaan sarana komunikasi yang membawa arus globalisasi, telah menyuguhkan tawaran kebudayaan yang mungkin lebih menarik ketimbang kebudayaan lokal asli kita. Indonesia yang dulu sarat dengan pemikiran primitif yang unik, dengan datangnya globalisasi telah menggeser bahkan menyingkirkan kebudayaan lokal dan berganti dengan kebudayaan global dari kebudayaan bangsa yang berkuasa atas sarana perkembangan globalisasi. Kebudayaan lokal yang awalnya kental dengan ritual mulai ditinggalkan dan hilang. Pesatnya laju teknologi informasi dan teknologi menjadikan globalisasi menjad saran yang ampuh bagi difusi budaya, sekaligus member alternatif pilihan hiburan yang lebih beragam juga lebih menarik bagi masyarakat. Akibatnya dewasa ini masyarakat tidak tertarik lagi dengan budaya lokal yang sebelumnya akrab dengan mereka. Misalnya saja pertunjukan layar tancep, yang kini berganti dengan bioskop-bioskop yang lebih menarik dan berkualitas. Juga kesenian wayang kulit yang syarat dengan kisah-kisah spiritual juga berisi pesan-pesan moral sekarang sedang sekarat tergantikan acara TV yang menarik.. bisa jadi fenomena demikian tidak hanya terjadi di Indonesia saja, melainkan dalam kebudayaan lokal di tempat lain. Sekalipun begitu bukan berarti semua kebudayaan lokal mati begitu saja dengan meluasnya globalisasi.

C. PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP KEBUDAYAAN LOKAL

Globalisasi sekarang ini telah mempengaruhi perkembangan kebudayaan bangsa. Cepatnya arus informasi dan telekomunikasi menciptakan satu kecenderungan yang memudarkan kebudayaan asli. Kemajuan di bidang transportasi, telekomunikasi, juga teknologi mengurangi semangat untuk melestarikan kebudayaan lokal. Dulu kita akrab dengan gotong royong, dan sekarang berganti dengan budaya barat, dan konkritnya adalah remaja sekarang yang cenderung mengarah ke pergaulan bebas. Memang ironis sekali, saat teknologi dan pengetahuan semakin maju, kita kian melenyapkan kebudayaan lokal, bahkan hanya dapat disaksikan di TV, atau event-event seperti PRJ. Padahal jika dapat dikelola dengan baik, kebudayaan lokal dapat menjadi objek pariwisata yang jelas akan memberi pendapatan bagi pemerintah, juga membuka lapngan pekerjaan yang dewasa ini keberadaan lapangan pekerjaan sangat diperlukan. Kemudian sadar ataupun tidak sadar, pengaruh globalisasi yang fatal adalah dalam budaya bahasa kita. Sering kita dengar atau bahkan kita sendiri pernah bicara dengan bahasa Indonesia tapi dicampur dengan bahasa asing, bahkan memaki pun memakai bahasa inggris. Hal ini menjadi bukti keberhasilan kebudayaan barat dalam menguasai melalui anggapan bahwa ilmu dan teknologi yang berkembang di barat merupakan suatu yang universal yang diterima dengan baik. Dengan begitu globalisasi telah menjangkit dalam berbagai sistem nilai kebudayaan lokal terutama di timut termasuk Indonesia, sehingga muncullah masalah salah satunya konflik antara perkembangan teknologi dan nilai-nilai asli kebudayaan lokal. Namun diluar perkembangan ilmu pengetahuan yang sebelumnya telah dijelaskan sebagai pintu bagi masuk dan menyebarnya globalisai, kita juga perlu sadar kita juga punya pemerintah yang punya kekuasaan tertinggi bagi kebijakan-kebijakan yang berpengaruh penting dalam pelestarian budaya. Namun kenyataan sekarang, kebijakan yang ada lebih cenderung kea rah pertimbangan ekonomi, dan politis, ketimbang aspek kebudayaan. Maka yang terjadi justru kebudayaanlah yang dituntut sesuai dengan tuntutan pembangunan, bukannya pembangunan yang diarahkan agar tetap sesuai dengan nilai-nilai kebudayaan leluhur. Hasilnya sekarang kebudayaan asli pun memudar dan menyebarkan fenomena akulturasi budaya.

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN

Globalisasi ternyata juga membawa pengaruh negatif bagi keberadaan kebudayaan lokal. Nilai-nilai yang ada dalam kebudayaan lokal semakin memudar. Gencarnya modernisasi di bidang teknologi juga ilmu pengetahuan telah menciptakan isu globalisasi dan pada akhirnya mengerucut menjadi satu kebudayaan global atau universal. Untuk itu jelas perlu adanya penyaringan bagi kebudayaan asing yang bakal masuk dalam budaya lokal, agar keberadaan globalisasi tak sampai menghilangkan jati diri suatu masyarakat. Karena sebenarnya kebudayaan merupakan kekayaan yang tak ternilai harganya, yang perlu kita jaga, kita lestarikan agar tidah punah atau malah diklaim pihak lain.

Heran

Manusia, kelebihannya bisa menjadi kekurangan. Paling males lihat orang mengumbar kelebihannya. Ups ya kelebihan jika dibanding mahkluk lain maksud ane jeh... Manusia punya perasaan yang memang kodratnya labil. "ABABIL" sebutan yang sering aku dengar yang ditujukan buat remaja labil. Labil yang mana maksudnya aku gak paham. Apa lebay atau terlalu mendramatisir keadaan atau apalah. Buruk ?? Ya bagi kalian yang merasa uda sempurna, terlalu sederhana atau gampangnya sok slow. Manusia juga punya akal untuk memahami segalanya. Namun banyak yang lupa dengan kedua inilah manusia beda ma hewan. Namun kenyataan sekarang apa??? Lidah sembarang bicara, merasa paling tahu juga paling benar. Mungkin aku pun ini juga sembarang bicara. Aku marah, benci, juga jijik ngelihat orang sok. Tapi gak tahu amarah itu mati jika mereka adalah orang yang kita sayang. Aku cuma bisa diam. Menerima itu sebagai bukti perbedaan yang mana aku kudu mengerti mereka. Ketika ingin merubah mereka, terbentur dengan pertanyaan "apa hak kita ?". Ingin nyerah tapi tak rela plus gak sanggup, apa kudu nahan gini terus.

Merenung aku merindukan Tuhan yang sebenarnya sedekat nafas, berharap Tuhan merubah semua, entah mereka, atau malah aku. Aku gak mau punya rasa benci. Seenggak-enggaknya beri aku kekuatan sabar menerimanya. Aku tahu Tuhan saja yang benar-benar tahu, yang tahu jawaban atas perbedaan.

Ingat satu percakapan di film "kita sedih ketika melihat teman kita gagal, tapi lebih sedih melihat kita gagal dan orang lain bisa." ini kewajaran yang kudu ditangani. Aku yakin bisa, SEMANGAT BOY... ^_^

Tampak gelap 1

Manusia tak ada yang sempurna. Aku juga manusia...

Mungkin semua pernah mengalami keadaan diri dia menyadari bahwa dia adalah manusia. Benar manusia gak ada yang sempurna, melihat hidup ini selalu dalam kata "ada kala". Atau dengan kata lain keadaan yang sementara. Dan cara menghadapi setiap orang yang berbeda-beda inilah kesempurnaan itu mustahil.

Perasaan sedih, keadaan yang tak diharapkan pasti datang. Saat itu aku tiba-tiba seperti terpejam walaupun sebenarnya aku melihat. Di situ setiap keadaan bisa menjadi obatnya. Lalu aku ambil air wudlu, dan menunaikan shalat maghrib waktu itu. Selepas salam, aku sujud dengan memejamkan mata lalu berdoa. Sedikit tertatih, batin q mengucap lirih.

"ya Allah, Tuhan yang menciptakan alam beserta isinya. Tuhan yang punya kehendak atas apapun yang terjadi dari awal hingga akhir keberadaan. Tuhan yang maha sempurna. Ya Allah, ya Tuhanku, aku yakin tiada tempat mengadu, memohon ampun, minta pertolongan, mencari petunjuk selain Engkau ya Rabb...

Saat ini batinku merasa sedih, penuh dengan pikiran yang membingungkan. Alhamdulillah dari segala kekhilafanku yang begitu besar, Engkau menunjukkan begitu besarnya kasih sayangMU padaku, hingga besarnya dosaq tak sampai memudarkan kasih sayangMU sampai saat ini. Hidup yang engkau berikan ini merupakan secuil pemberianMU diantara jutaan kebesaranmu yang aku sadari, dan jutaan bahkan milyaran lain yang tak aku sadari. Aku tahu dari sekian anugerah disetiap aku terbangun smpai kau jaga aku kala terlelap kembali, masih sering aku lupa akan kehadiranmu. Ya Allah satu-satunya tempatku memohon, dalam sujudku ini, dari seorang manusia yang tak sadar selalu berbuat dosa, yang awam dari kebenaran sejati milikMU, yakinkan dalam benakku ya rabb, bahwa ampunanMU adalah lebih besar dari kekhilafanku, bahwa Engkau Maha pengampun. Ya Allah, aku tahu Engkau mampu memberiku segalanya, bahkan memberi kesempurnaan pada manusia sepertiku. Ya rabb, ubahlah sikap rakus ini dengan semangat untuk mensyukuri nikmatMU. Ya Allah, aku sering menyalahkan yang bukan hak ku disetiap kesedihan yang aku terima, sedangkan aku melupakanmu. Maka aku mohon datanglah padaku dan yakinkan hatiku bahwa Engkaulah yang maha mengetahui baik dan buruk buatku, mengetahui melebihi aku sendiri. Lalu yakinkan aku bahwa Engkaulah penyayang yang selalu memberi kebaikan.

Ya Allah ya Tuhanku, aku memang dalam keraguan, dalam kebingungan, dan aku bukanlah manusia yang belum seperti harapanmu. Namun aku tahu Engkaulah kekasihku, Engkaulah senyatanya yang paling aku tunggu... Aku gantungkan semua pada ridhomu ya Allah, masih banyak permohonanku yang tak tersampaikan, yang aku ingat ataupun lupa, yang aku sadar maupun tak sadar. Berikan yang terbaik bagiku dan yakinkan hatiku akan Engkaulah Tuhanku satu-satunya. Dampingilah aku setiap melangkah, hadirlah disaat aku lupa... Ingatkan aku tuk selalu dan selalu ingat Engkau ya rabb..."

lelap menanti harap, keyakinan jadikan tenang, jaga kala aku tidur, sambut aku dengan ridhoMU nanti... AMIEN.!!!

Mendaki gunung...

Ketika merasa dibenci seseorang, pergilah ke gunung...
Ketika merasa hidup ini sia-sia, pergilah ke gunung...
ketika merasa bersalah, pergilah ke gunung...
Ketika merasa menyesal, pergilah ke gunung...
Ketika merasa ingin menyerah, pergilah ke gunung...
Ketika merasa hidup ini tak adil, pergilah ke gunung...
Ketika merasa gelisah, pergilah ke gunung...

Begitu pula saat merasa lebih benar, lebih baik, lebih pintar, lebih tahu, lebih mengerti, lebih memahami, lebih jagoan, lebih kuat, lebih cerdik, dan lebih apapun,,, PERGILAH KE GUNUNG

(bagiku pergi naik gunung banyak arti, refresing, wisata batin, celah buat introspeksi diri, melihat kebesaran Allah dengan lebih nyata. Yap, dengan kata lain mendaki gunung bikin lupa yang sebaiknya tidak diingat, dan mengingatkan kepada yang seharusnya diingat, juga memperlihatkan kekurangan, menyadarkan kemampuan, menuturkan perbedaan sebaiknya dengan seharusnya, hanya saja gunung membuat kenyataan iri)

NAMUN KETIKA MENDAKI GUNUNG, RASAKANLAH APA YANG KAU RASAKAN, JANGAN SEKALI-SEKALI BERBOHONG APALAGI PADA DIRI SENDIRI

MENDAKI GUNUNG = lelahnya mengajari kita tuk pantang menyerah, setiap langkahnya mengajari kita tuk berfikir sebelum bertindak, pemandangannya menyadarkan kita bahwa Allah maha besar, puncaknya mengajarkan kita akan kerja keras, dinginnya menyadarkan kita bahwa dunia dciptakan dengan pasangannya masing-masing, turunan dan tanjakan adalah kodrat kehidupan yang syarat kadang-kadang, air pada waktu mendaki menyadarkan bahwa kekayaan materi seberharga apapun tak kan lebih berharga dari air, bintang-bintang dimalam hari menggambarkan hal kecil itu bisa nampak indah jika bisa menempatkan dengan baik, dan lebih banyak lagi yg bisa diambil dari perjalanan mendaki tentang hidup. Next ja lbih lengkapnya... Badan masih cpek sepulang dari daratan tertinggi di jawa ini, mahameru dengan kawan jogringsaloka... Istirahat dulu, masih banyak tanggungan buat kenyataan esok...

Alhamdulillah... Dan bismillah...

Sastro lisan 1

Urip iku sepisan, ketoro suwi nanging sejatine urip iku cekak umure. Mati urip dadi takdire saben siro. Opo wae sing teko bakale yo nyingkrih. Ning ndonyo bakale diwalek koyo malek dlamakan tangan. Jo wani-wani yen wedi, lan jo keweden naliko wani. Niti mongso ra perlu kemlinthi. Mlaku ae sak lakumu ning jo sakarepmu. Kabeh ono dalan lan watese dewe. Kyo banyu ng njero adah. Ra bakal banyu ngluwihi wadahe. Pecah wadahe, ambyar banyune. Coro laku kalah karo nepsu, dadine ra petuk ngone mlaku, malah nelongso teko ra kiro-kiro. Seje menungso seje dalane, ning sejatine podo. Iku ngono yo mung gusti Allah sing ngerti bener salahe. Naliko wes wayahe, kabeh menungso bakale nyekseni kabeh kuwi. Awit soko lahir nganti tekane pati. Sopo siro naliko urip nandur winih sing becik bakale yo ngunduh lakune kuwi, yen sopo sing nandur luput, yo wohe luput kuwi sing bakale dirah. Ono awan ono bengi. Awan padang ning akeh sing malah marani peteng. Bengi peteng, kuwi ngono cahyaning gusti madangke ati ngluwihi padange awan, ning akeh sing podo gak ngerteni. Sejatine urip iku mati, lan mati iku urip.

Konsisten???

Kemaren ada pertanyaan tentang konsisten... Banyak jawaban, beda, bukan salah, beranekaragam, macam sudut pandang. Ada yang bilang tetap, setia, statis, konstan, stabil, dll. Tak satupun itu ada yg salah, hanya saja menurutku konsisten tak sesempit itu. Konsisten tak hanya satu sikap. Konsistens bagiku gabungan beberapa sikap yang berjalan saling berkesinambungan. Pertama jelas tanggung jawab atas apa yang kita pilih. Seorang dikata konsisten merupakan orang yang mampu mempertanggungjawabkan apa yang telah dipilihnya. Seorang konsisten pantang untuk lari, atau pergi jika terjadi kegagalan, kesalahan, atau kecacatan dari apa yang dia pilih. Kemudian seorang konsisten adalah orang yang berani. Berani mempertahankan pilihannya skalipun dunia tak berkawan. Namun kemudian berani jugalah harus diimbangi pikiran yang rasional, juga teliti. Paham mana benar dan salah. Bukan sekedar BONEK. Sikap bonek lebih dibilang kepala batu dari pada konsisten. Karena konsisten juga perlu sikap terbuka menghadapi dunia yang terus berkembang. Banyak orang bilang dirinya konsisten namun masa bodoh dengan globalisasi, acuh terhadap modernisasi. Berkembangnya jaman ke arah kompleksitas yang maksimum, membuat hidup rawan salah dalam memilih. Maka dari itu konsisten juga perlu integritas yang berkualitas. Salah pilih berujung pada penyesalan, apalagi ditambah keras kepala yang anti keterbukaan. Hal ini akan semakin menisbikan jalan kebenaran yang sejati. Ketika datang kebenaran, tanpa integritas akan melahirkan interpretasi kebenaran itu jauh dari kebenaran sejati. Berani memilih dengan menggunakan integritas, konsekuensi dihadapi dengan penuh tanggung jawab, terbuka terhadap dunia dengan penuh ketelitian, kelak konsistensi bisa berjalan semestinya. Konsisten atau teguh hati berbalik menjadi subjek dalam menerima kompleksitas yang menipu dewasa ini. Jaman dengan pilihan kian kompleks, konsisten mudah runtuh.

Cara gampang adalah menyadarkan diri bahwa kebenaran sejati itu selalu menunjukkan keberadaannya, yakinkan ada yang maha tahu segala sesuatu. Aku bisa bilang manusia ada 3, pertama manusia itu tahu, kmudian tidak tahu, dan satunya sok tahu. Jaga semangat, teguhkan hati, berani bertanggung jawab, dan yakin ada Allah swt yang maha perkasa dari yang paling perkasa sekalipun, maha penolong dari yang paling ringan tangan sekalipun, maha pengampun dari yang paling pemaaf sekalipun. Ya rabb... Engkaulah aku milikmu seutuhnya juga selamanya... Yakinkan aku, jagalah aku, ampunilah aku, tolong antarkan aku kepada hal baik bagiku... Allahu akbar, laahaulaawalaakuwata illa billah...

Akhirnya bus juga

"tarif tiket kreta sancaka bisnis 90 ribu" begitu intinya tulisan di papan pengumuman di ruang restorasi stasiun gubeng. Ditambah info tarif surabaya madiun 75 ribu. Keluar stasiun melangkah gontai, bibir mengering, muka cemberut, perut keroncongan, sampai keluar dua tanduk. Matahari sumringah melihatku, sampai-sampai membakar aspal. Hah, haruskah setiap long weekend kaya gini. Andai ada trayek pesawat surabaya madiun, dengan pramugari yang cantik, jatah makan minum, tempat tidur, ada hotspot, indomaret, walau tarif 10 ribu pasti aku belain pilih naik pesawat. Tapi tiba-tiba jin jawa di sebelah berbisik kenceng banget "NGIMPIIII....". Ah, bener itu gak mungkin.

Masih di atas sepeda motor, aku tanya. Gimana kalo naik motor aja pulang kampungnya??? Boleh juga. Surabaya madiun bensin kurang lebih habis 20ribu, termasuk murah. Dari surabaya ke madiun sekitar 3jam, ga kalah ma naik kereta. Paling macet cuma di ahmad yani, habis itu di sepanjang sama bus, truk tanki, puso, trailer, traktor, tank. Pokoe dibuat syuting transformer cocok dah. Habis itu masuk krian lancar beuth... Sampai nganjuk. Trus masuk saradan pas udan deres campur angin, jas hujan tembus, jalan licin, lampu mobil, bus, dan truk pada ngedem. Hujan lama banget sampai caruban, baju basah kuyup campur air kubangan yang kegencet ban mobil, tas dan isinya juga. Sampai balerejo cuaca berubah ekstrim, matahari tiba-tiba menyengat, asap kendaraan mirip asap dari cerobong pabrik menempel di badan dan muka. Motor tiba-tiba tersendat lantaran knalpot kemasukan air. Sampai pertigaan ring road madiun hampir diserobot bus yang mau masuk terminal. Akhirnya sampai rumah dengan badan pegal-pegal serasa patah semua sendi dan rusuk, tapi ibu malah mengusirku dan justru bertanya aku ini siapa. Wah penasaran aku berkaca di spion motor, dan ternyata wajahku berubah, seperti habis di face off pake pantat panci yg gosong. Item gelap hanya bibir mengering. Dan kembali jin jawa menyambangiku, tapi tak lagi berbisik, justru satu ember air comberan meluncur kemukaku. Ah, lagi-lagi aku berfantasi tak senonoh.

Tiba dikontrakan aku langsung ke kamar lalu istirahat sambil mikir pulang naik apa. Dan akhirnya bus jadi jalan keluarnya.

Janjian ma kawanku jam setengah 3, dia masih kul. Maka aku segera persiapan pulang. Yakni tengkurap dan namatin mini game yang ada di laptop. Hahaha... Maaf sob, sebenarnya itu yang aku sebut persiapan.

Janji memang sulit buat nepatin. Dari janjian jam setengah 3, molor sampai jam setengah 4 aku baru meluncur jemput kawanku. Karena dia kuliahnya molor juga, ditambah susahnya nyelesein satu level gameku. Hehehe... Akhirnya kopdar juga di dpan fib, depan kampusku pula, otomatis ada beberapa mahkluk teriak memanggilku. Mereka fansku dikampus maybe...^_^ Langsung jalan ke terminal, rada macet karena pas jam pulang, tapi untung ga hujan. Tiba di terminal skitar pukul 4, lalu parkir. Tak begitu rame, pertanda doaku terkabul. Aku tadi berdoa agar orang yang mau naik bus pada pindah naik kreta, dan terbukti, Amien... Langsung masuk bayar peron, dan jalan sok cool menghindari rebutan penumpang. Dapet bus sk tapi tak pake ac. Ga papa yg penting dapat tempat duduk di tengah.

Ow ya kawanku itu inisial namanya ju...ju...t jelas terbaca dan pasti nama aslinya ^_^ piss!! Kenalnya ga tau dimana, cuma dulu kalo ga salah satu atap. Atap sekolahan maksudnya. Terus sekarang kebetulan sama-sama kuliah di surabaya. Mungkin dia lagi kangen ma keluargae, katae uda lama ga pulang semenjak UTS lalu. Wah, kalo dia laki mungkin cocok jadi bang toyib ^_^.

Selama perjalanan naik bus, biasa ja kaya orang yang naik bus. Kalo ga melek ya merem ^_^. Tapi geje nek baru naik langsung merem. Ya ngobrol ga jelas lebih bisa dimaklumilah. Sekedar ngilangin bosen. Saking asik ngobrol, gak kerasa nek udah nyampek caruban. Jadi bentar lagi nyampek sudah dikotaku madiun. Tapi parahnya sampai balerejo nglames, rasae mata berat banget buat tetep melek. Melamun dikit aja uda jadi mimpi. Gak lucu kalo kebablasan. Bersih keras usahaku tetep melek, sampek lupa kalo aku lapar sebenere, akhirnya perjalananku naik bus ini kuanggap sukses. Tak ada gangguan seperti kemarin yang digrayangi mbok2... Diluar itu aku sampai madiun dengan sehat dan utuh. Juga masih diakui ibu sebagai anaknya. Muka ga kaya di face off walaupun asline emang item. Si jujut pulang dijemput ibunya, aku dijemput kawanku.

Ya begitulah mungkin satu lagi komedi kehidupan diputar buatku. Mungkin ada nama yang bersangkutan di atas sory nek nyinggung. Ni cuma nyoba ngebeki blog ae. Just kidding tentunya!! ^_^

stratifikasi sosial & mobilitas sosial

stratifikasi sosial merupakan pengelompokan atau pelapisan masyarakan dalam kelas-kelas atau strata-strata sosial yang bersifat herarkis. hal ini wajar dan universal sifatnya. sebab stratifikasi sosial ini pun tak lepas karena adanya sesuatu yang dihargai dimana di setiap masyarakat manapun ada. bukan saja dalam lingkup materi, bisa juga sesuatu yang dihargai tersebut berupa kedudukan maupun kekuasaan. stratifikasi sosial ini didasari karena adanya ketidakseimbangan pembagian hak dan kewajiban dalam setiap anggota masyarakat. pada setiap masyarakat pasti ada pemimpin dan yang dipimpin, penguasa dan yang dikuasai. dan ketika semakin masyarakat berkembang kearah kemajuan, semakin kompleks stratifikasi sosial yang ada.

Oleh karena itu, bisa dikatakan stratifikasi sosial ini dilatarbelakangi kodrat manusia itu sejak diciptakan sudah memiliki perbedaan satu sama lain. maka kemampuan memperoleh hal yang berharga pun berbeda satu dengan yang lain. apalagi ketika telah masuk dalam lingkungan masyarakat.

keberadaan stratifikasi sosial pun ada dua jenis yang saling berlawanan. pertama stratifikasi sosial tertutup yang menutup kesempatan bagi setiap anggota masyarakat untuk beralih strata sosialnya, entah dari strata bawah ke atas ataupun sebaliknya. stratifikasi sosial tertutup nampak jelas contohnya pada masyarakat tradisionla yang mengenal sistem kasta. setiap kasta memiliki kehormatan yang bertingkat antara satu dengan yang lain. misal kasta brahmana lebih tinggi derajatnya ketimbang kasta sudra. dan disini tidak mungkin anggota masyarakat dari kasta sudra pindah ke kasta brahmana, begitu pula sebaliknya. maka dalam stratifikasi sosial tertutup kesempatan untuk berganti status sosial hampir tidak bisa. hal ini mengakibatkan masyarakat menjadi apatis karena tidak adanya jalan untuk melakukan perubahan status sosial. namun dalam stratifikasi sosial tertutup sangat minim terjadi konflik antar strata karena status sosial didapat tanpa adanya usaha.

Kedua yakni stratifikasi sosial terbuka, dimana stratifikasi sosial terbuka berbeda dengan yang tertutup. stratifikasi sosial terbuka masyarakatnya dapat melakukan perubahan strata sosial yang dimiliki. baik dari strata rendah ke atas maupun sebaliknya. dengan begitu masyarakat dapat lebih dinamis, menumbuhkan motivasi serta memberi kesempatan untuk melakukan perubahan status sosialnya. namun disamping itu, stratifikasi sosial terbuka akan meningkatkan konflik tak sehat antar strata, karena pencapaian atau proses mendapatkan status sosial dilakukan dengan pengorbanan atau usaha. dengan begitu jelas mereka yang sudah mendapat status sosial atas akan berusaha mempertahankannya dengan sesuatu yang berharga yang telah didapat itu pula.

Mobilitas sosial bisa dikatakan sebagai pergerakan status sosial anggota masyarakat. dengan melihat penjelassan mengenai stratifikasi sosial di atas. hubungannya dengan mobilitas sosial sangatlah erat. dimana keduanya sama-sama bicara mengenai strata atau status atau kedudukan sosial. bisa dikatakan stratifikasi sosial merupakan kotak atau kelas masyarakat berdasarkan sesuatu yang berharga yang berlaku dalam masyarakat tersebut. sedangkan mobilitas sosial merupakan aktifitas atau perubahan anggota masyrakat dalam kedudukannya di masyarakat. jika melihat mobilitas sosial sebagai proses atau aktifitas perubahan status sosial masyarakat, maka jelas mobilitas sosial terjadi pada stratifikasi sosial yang terbuka karena menghendaki atau memberi kesempatan pada anggota masyarakatnya untuk merubah strata sosialnya.

Jadi stratifikasi sosial dan mobilitas sosial merupakan dua hal yang sangat erat. dimana mobilitas sosial sebagai unsur stratifikasi sosial yang terbuka. dan stratifikasi sosial menjadi pintu bagi berlangsungnya mobilitas sosial.


TERIAK... 1

"RASA TAKUT DAN KERAGU-RAGUAN, MENGUNDANG DEWA KEMATIAN..."

begitulah kira-kira lirik lagu iwan fals berjudul lagu pemanjat... sedikit kasar namun begitu dalam pesan yang kuambil... rasa takut juga rasa ragu sering hinggap setiap episode kehidupan... dihadapkan dua pilihan sulit yang bahkan mungkin aku nekat memilih... bukan lantaran berani... sebab aku menyadari tak ada satupun kebenaran di dunia ini, yang sempurna benar... hanyalah keyakinan yang menciptakan salah dan benar tersebut... sampai ketika telah berlalu, perasaan mengambil alih atas nama akibat dari keputusan yang kita ambil... keputusan benar jika kita bahagia... dan keputusan salah jika kita menyesali keputusan itu...
dan ketika kita kalah oleh rasa takut dan ragu-ragu, penyesalan yang lebih akan menerpa... ya mungkin bisa dibilang dalam perjalanan hidup ini kita dipaksa untuk memilih... entah kita paham atau tidak, mau tidak mau kita harus memilih... yang jelas jangan memilih untuk tidak memilih, hanya akan mengundang penyesalan yang mendalam...

YAKINKAN LANGKAH, TEGAP TANDA SELALU SIAP !!! BERANILAH HIDUP DENGAN PENUH TANGGUNG JAWAB SANG PEMBERANI....

DIARY USANG 1

Ting…ting…ting..!!! suara sepeda ontel lagi menunggu tuannya selepas shalat subuh. Masih tersisa malam, tapi sudah tercium mentari dari ufuk timur. Badan gemuk berbalut kain putih berjalan dari arah barat. Sang tuan sudah pulang dari masjid, sepedapun semakin percayakan diri untuk hari itu. Seusai ganti baju, sepedapun dilap sampai telihat mengkilat. Hijau sepedah ontel tua menikmati setiap belaian sang tuan di setiap sudut bagian. Bersihkan debu yang menempel, cakep sudah sepeda, dan siap untuk memulai perjalanan. Sebelum berangkat sang tuan mengajak puteranya, lalu pamit kepada orang yang paling dia dicintainya di dunia ini. “bu, berangkat dulu!!!” ucapnya pada sang istri cukup menyadarkan sepeda kalau tuannya termasuk orang romantic. Sang putera dibonceng di tengah, antara setir dan sadel sepeda. Petualangan sehari-haripun dimulai, pedal dikayuh mengundag semilir angin pagi untuk menerpa wajah sang tuan dan puteranya. Tegur sapa dengan para tetangga menjadi mmenjadikan sepeda ontel hijau itu terkenal bersama sang tuan juga puteranya. “monggo pak.. monggo bu… monggo..” menjadi irama tersendiri, kalau sepeda itu mampu bicara, mungkin juga ingin ikut menyapa. Setiap kanan kiri sisi jalan, setiap atap-atap tetangga. Keluar dari kampung terpampang luas lading sawah yang masih hijau. Dan setiap sampai di persawahan itu, mentari telah tersenyum sempurna. Seakan kedatangan sepeda ontel membuat mentari bahagia. Dengan begitu luasnya lading sawah jelas Nampak memenuhi pupil mata. Beberapa petani memulai aktifitasnya, membajak, mengairi sawah dan lain-lain. Sungguh sambutan yang harus disyukuri. Tek terasa sudah sekian kilo sepeda ontel melaju, namun tak ada sedikitpun terdengar suara lelah dari nafas sang tuan yang menghembus meniup rambut sang putera. Sang putera masih asyik terkagum pada nikmat yang Tuhan kasih. Sering sang putra bergoyang lantaran menahan panas paha duduk di bayangan sepeda itu. Namun tak sampai mengganggu kenyamanannya bersyukur. Sampai pada sabuah kanal, teapat sebelum jembatan tempat istirahat mereka. Gubuk berdinding anyaman bamboo tepat di antara sawah dan sungai yang mengalir tiada henti. Rimbun pohon menambahkan bukti Tuhan begitu luar biasa. Sang tuan turun dengan puteranya dan parker speda di depan gubuk itu. Sepeda ontel tua itu seakan kagum untuk sekian kalinya, ditempat itu, dibawah pohon itu, menikmati suguhan Tuhan yang tak tertandingi. Sang tuan dan puteranya masuk gubuk menikmati jualan ibu pribumi bersama para petani yang mencari oengganjal perut sebelum mengolah pemberian Tuhan. Sepeda tua didepan masih terdiam, seakan berdoa agar esok hari masih diberi kesempatan ke tempat ini lagi bersama tuannya. Dan sang tuan dalam benak sambil menikmati jajanan mengharapkan puteranya agar kelak jangan sampai tertipu dengan dunia yang fana ini. Sang putera masih menuangkan kopi di cawan hingga keluar asap kepermukaan. Masih awam sang putera dengan makna hidup yang sebenarnya. Sampai saat ini, sang putera sudah dewasa, sudah mengerti apa yang ayahnya ingin sampaikan dengan bersepeda keliling kampung tiap pagi dulu. Hanya saja mungkin hal itu gak bisa kembali terulang. Bahkan sepeda ontel tua wana hijau yang setidaknya menjadi bukti kenangan itu entah dimana. “ayah, terimakasih sudah menagajariku banyak hal, caramu mendidik yang begitu menakjubkan padahal saat itu aku tak menyadari. Hingga sekarang aku baru sadar setiap apa yang ayah tnjukkan adalah untuk kebaikanku. Dan untuk sepeda tua, aku ingin suatu hari kembali mengajakmu kembali ketempat itu. Kau pasti senang, tunggu kabar dariku sepeda hijau. Hmmm ayah, semoga bahagia disana, sekarang ganti puteramu meniti hidup. Semoga kita kelak dapat bertemu di surge, banyak yang ingin aku ceritakan. Tentang ibu, kakak, dan farhan… ^_^”

cinta... cinta!!! napa kau bikin orang pada modar

Dag..dig..dug..dag..dig..dugMungkin seperti itu irama jantung Tejo ketika melihat Surti yang seorang akhwat kembang desa. Tejo memandang Surti dari arah kejauhan namun sangat jelas tampak didepan mata. Surti yang memakai jilbab putih dengan terusan gamisnya memang telihat begitu jelita. Tejo pun serasa hendak ingin menyapanya. Tapi apa daya tangan tak kuasa.Hari itu Tejo gelisah luar biasa. Ia memikirkan sesuatu yang mungkin baginya sangat berharga. Sesuatu yang tak ternilai harganya melebihi dunia dan seisinya. Tejo meragu terhadap perasaan yang dialaminya. Diam-diam ternyata ia sedang jatuh cinta.Jatuh cinta adalah hal biasa, begitulah kata teman-temannya sewaktu SMA. Tapi tidak kata Tejo dalam batinnya. Ia menyadari statusnya sebagai seorang santri yang faham akan agama. Untuk sesaat Tejo teringat ucapan Tie Pat Kay murid Tom Sang Chong yang seorang pengikut Budha. ”Sejak dahulu beginilah cinta deritanya tiada pernah berkesudah”.Tanpa disangka Ukh Surti pun merasakan hal yang sama. Sekejap terlihat luar biasa. Lantaran apa Tejo bisa ia suka. Padahal Tejo hanyalah seorang aktivis kurus biasa. Paling-paling hanya kaca mata yang menambah kesan kepintarannya. Ia pun tak kuasa menahan perasaannya. Perasaan yang ingin berjalan berdua, bertatap muka, serta makan sepiring berdua dengan Tejo sang pujaannya. Batin Surti pun bergulat dalam alam bawah sadarnya. Surti berpendapat bahwa hal itu tak pantas dilakukannya. Mengingat ia adalah seorang aktivis dakwah. Tak terasa bibirnya pun mengalunkan sebuah lagu milik The Virgin dari Republik Cinta. ”Rasa ini sungguh tak wajar namun kuingin tetap bersama dia, untuk selaaaamaaaaanyaaaa”.Mereka berdua pun mencoba untuk membuat sebuah benteng pertahanan. Sebuah benteng yang dirancang untuk tahan terhadap godaan syaithan. Pertahanan tersebut disusun oleh batu-batu keimanan, dihiasi tanaman kesabaran. Untuk sementara waktu dalam satu, dua, dan tiga bulan. Perasaan itu Alhamdulillah dapat tertahankan.Sang waktu pun perlahan mengambil peranannya. Benteng yang tampak kokoh itu pun mulai berlangsung proses perusakannya. Tak disangka-sangka hanya karena hujan SMS dan terik status Facebook milik mereka. Keterlibatan Tejo dan Surti yang memang dalam satu wasilah. Menyebabkan mereka harus saling berkomunikasi dengan alasan dakwah.Hampir tiap hari kedua pasangan ini mengumbar tausiyah. Dari mulai masalah aqidah sampai masalah siyasah. Belakangan topik ini sudah mulai ditinggalkan, berganti dengan masalah tugas kuliah sampai dengan hal-hal yang gak ilmiah. Percaya atau tidak tapi begitulah kenyataannya.Akibat komunikasi yang begitu gencar. Maka benteng pertahanan itupun buyar. Rutinitas sunah harian yang biasa mereka masing-masing jalani pun pudar. Tergantikan komunikasi yang terlihat begitu lancar. Huh, cinta cinta kenapa kau membuat orang pada modar.Al-Quran mulai tergantikan posisinya dengan deretan novel-novel cinta. Puasa sunnah perlahan mulai ditinggalkannya. Infaq serta shodaqouh sudah tergantikan dengan biaya pulsa. Sholat sunnah qiyamulail dan sholat dhuha pun menjadi korban selanjutnya.Tejo pun kembali membatin dalam pikirannya. Kali ini sidang dalam pikirannya telah disusupi oleh setan yang berpura-pura menjadi hakimnya. Maka sang hakim pun memutuskan bahwa hal itu biasa-biasa saja. Toh, Tejo dan Surti adalah sepasang manusia biasa. Perasaan benci, suka, kangen sudah lumrah bagi kebanyakan para remaja yang sedang tumbuh dewasa.Sidang serupa dialami oleh Surti didalam hatinya. Keputusannya pun sama. Entah apakah persidangan dipimpin oleh setan yang serupa. Hanya Allah yang tahu jawabannya.Mereka berdua memiliki sebuah anggapan. Ibarat anak kecil yang mencoba-coba bermain diselokan. Maka apabila sudah ada kotoran dalam pakaian. Apa salahnya kalau mereka berenang sekalian. Tapi sayangnya mereka terlalu asyik berenang di dalam selokan. Sampai-sampai lupa mandi dan lupa makan.Karna sudah terlanjur terbongkar. Mereka berdua pun sepakat untuk keluar. Mereka mulai menjauhi teman-temannya, serta murobbi sang pengajar. Bagi mereka dunia hanya milik mereka berdua, sedangkan yang lain hanya numpang dan harus membayar.Surti dan Tejo pun lompat keluar dari Kapal sarana dakwahnya. Mereka berdua berenang menuju pulau impian yang entah ada disebelah mana. Untuk sesaat mereka merasakan segarnya air samudra. Namun mereka lupa, bahwa dalam birunya samudra terdapat banyak ikan yang siap memangsa. Mereka berdua pun akhirnya menjadi makanan pembuka. Bagi para ikan hiu baik yang muda maupun yang sudah bapak-bapak.***Hufft, begitulah cinta. Benarlah ungkapan ulama bahwa cinta itu dapat membuat tuli serta buta. Cinta yang dialami mereka berdua adalah cinta yang salah kaprah. Mereka hanya beranggapan bahwa cinta itu hanya sekedar memberi dan menerima. Tapi mereka sejatinya telah lupa. Lupa bahwasannya dalam mencinta juga ada proses menjaga. Menjaga dari hal-hal yang dibenci Allah sang Pencipta. Menjaga dari tiap celah peluang masuknya setan sang penggoda. Seorang Ibu demi menjaga anaknya ia mampu dan tega untuk berkata tidak. Tatkala sang anak meminta pisau sebagai mainannya.Tidak layak dinamakan cinta jika seorang wanita memberikan hangat keningnya kepada laki-laki non mahram yang ia sukai.Tidak layak dinamakan cinta jika seorang laki-laki menerima lembutnya belaian tangan dari sang perempun non mahram yang ia kasihi.Seorang laki-laki sejati adalah lelaki yang tahu diri. Ia tak akan tega menyeret sang wanita ke arah proses ”bunuh diri”. Ya, karna cinta, sejatinya harus dilandasi. Dengan iman, takwa serta pengetahuan diri. Pengetahuan bahwa diri ini sebetulnya hanyalah abdi. Abdi bagi, untuk dan kepada Allah yang Maha Pemberi.Dan seorang wanita hebat adalah wanita yang terhormat. Terhormat bukan lantaran hanya karna kebaikan yang ia perbuat. Akan tetapi terhormat karna seringnya kesalahan yang ia lakukan langsung diiringi dengan perbuatan taubat. Tentu taubatan yang nasuha bukan sekedar taubat saus tomat.Benarlah nasihat dari seorang teman karib. Cinta itu Putih, Putih itu Panu, Sedangkan Panu itu Penyakit.Wa Allahu A’lam pada akhirnya saya kembalikan semua hal ini kepada Allah sang Maha Pecinta (Penyayang).. COPAS : http://www.eramuslim.com/oase-iman/dinar-zul-akbar-tentang-cinta-lagi.htm

Tersesat demi kemenangan sejati 1

Pusaran waktu terus berlalu...
Kemarin sudah jadi kenangan, apalagi kemarin lusa, apalagi bulan-bulan lalu, dan apalagi puluhan tahun yang lalu...
Menjadi kisah-kisah yang terlanjur mengisi biografi ini...
Seperti pelangi yang berwarna warni, seperti hari yang ada gelap pula terang...
Indahnya kedatangan, dan menderitanya kepergian...
Bahagianya mendapatkankan, sedihnya kehilangan...
Satu yang pasti, kisah yang paling aku takutkan adalah penyesalan...
Menyesali betapa bodohnya aku melangkah...
Dan jelas yang paling ku nanti selalu ialah kisah tentang syukur...
Syukur atas mampu memahami sesuatu dengan jujur tanpa menyesal...
Yakni jujur untuk menerima segala sesuatu dengan ikhlas...


HIDUP DI DUNIA INI SEMENTARA. KEBAIKAN YANG AKU TERIMA ADALAH PEMBERIAN ALLAH, DAN KETIKA KEBURUKAN TIBA, IHKLAS DENGAN JUJUR MENGERTI BAHWA KEGAGALAN INI KARENA KITA...

SEMOGA ALLAH MENAMBAH KEYAKINANKU, BAHWA HANYA PADA ALLAH AKU MEMOHON, AKU MEMINTA, AKU MENYEMBAH, AKU PASRAH, AKU MENGADU, AKU BERSUJUD...

JIWA YANG MENCARI JALAN PULANG

hampir dua puluh tahun sudah ane masih diberi kesempatan ma Allah SWT untuk menikmati kebesarannya di dunia ciptaannya yang fana ini. Hitam putih masa lalu terukir jelas dalam kenangan. Masa lalu selalu saja menjadi sarana untuk introspeksi diri. Kadang kenangan itu ada yang ingin tetap disimpan, namun juga ada yang ingin cepat-cepat dilupakan. Masa lalu sering ane jadikan rujukan buat sekedar melamun ataupun memperbaiki diri. Ane sadar bukan sebaik-baiknya hamba Allah, tak lebih baik dari gunung yang berikan seribu keindahannya walau setiap hari dicemari sampah manusia, tak lebih bain dari sungai yang menyambung nyawa manusia sekalipun manusia acap kali memenuhinya dengan benda najis, tak lebih baik dari tanaman yang tak punya nafsu duniawi. Sekiranya kisah ini dapat ane jadikan sebuah cermin kala ane mau berbuat. Ane lahir di madiun, tepatnya ane dibesarkan dilingkungan desa yang kental tali silaturahimnya. Sebelum kelas 3 sd ane ma ortu tinggal serumah dengan nenek. Rumah dinding kayu jati khas rumah jadul dengan lantai masih tanah dingin. Sayangnya nenek tak kalah ma sayangnya ortu. Namun ane bersyukur masih diberi kesempatan hidup dengan nenek yang sayang sekali dengan ane ini. Sekalipun tak mewah, rumah ini seperti dipayungi kerukunan. Damai banget rasae. Semenjak pindah rumah pun ane sering tidur di rumah nenek. Kelas 3 sd ane pindah rumah tak jauh dari rumah nenek. 50 meter dari rumah ada masjid utama desa ini. Jadi kalo lebaran, shalat idnya pada disini. Mulailah jiwa ini belajar tentang agama lebih intens. Sekalipun sd ane juga di madrasah ibtida’iyah, namun agamaku lebih banyak dibangun di lingkungan rumah. Mulai dari TPA, jadi bilal waktu shalat jumat, shalat tarawih, tadarus, ane jalani bersama kawan-kawan perjuangan. Hahaha… sungguh mengingat masa itu membuat ane rindu dengan dunia bocah. Singkat cerita di suatu malam dibulan Ramadan. Kawan-kawan kumpul dimasjid selepas shalat tarawih sambil menunggu makanan kecil yang sering kami sebut takjil. Memang inilah yang membuat masjid menjadi ramai, yang bikin kami para generasi penerus semangat tadarus, bahkan sampai rebutuan untuk membaca alquran. Namun biasanya yang cowok dapat jatah setelah para cewek selesai mengaji semua. Sewaktu lagi pada duduk-duduk becanda, ada satu kawan yang mengajak jalan-jalan kekota naik sepeda sambil nunggu para cewek selesai mengaji. Ide yang bagus, dan kamipun segera berangkat bergerombol menuju alun-alun kota. Ide ini pun berhasilmenghipnotis kamihingga tenggelap gemerlapnya Ramadan di tempat yang bukan sewajarnya, yakni alun2 kota. Yah namanya bocah hal seperti inilah yang menjai kenangan manis untuk dikenang. Seperti ane sekarang ini, yang ketawa-ketawa sendiri menuliskan kenangan itu. Kembali melanjutkan ide tadi, yang kami udah capek jalan-jalan mengelilingi alun-alun, kami putuskan untuk pulang dan mengaji. Di tengah-tengah jalan menuju pulang, satu kawan mengajak pulang lewat tangkis, atau tanggul kali yang gelap pastinya. Tapi kami tidak takut karena katanya kalau bulan puasa syetan dipenjara ma Allah. Entah siapa yang bilang, yang jelas faktanya kami mempercayainya, dan itu terbukti mampu menghilangkan rasa takut kami. Kamipun mulai masuk jalan tangkis yang benar-benar gelap dengan beriringan. Ditengah rute tangkis satu sepeda berhenti. Seorang teman melihat seekor ayam di sisi kiri tangkis. Ide jahatpun muncul. Karena syetan dipenjara, ganti manusia yang menjelma syetan sekarang. Ane sebenere sama sekali nggak setuju, namun pikiranku bukan lagi memikirkan dosa, tapi ini menyangkut harga diri pemuda kampung yang kudu berani. Sayapun bertugas jadi hansip di atas tangkis. Dan dua orang beraksi. Hal yang aku takutkan pun terjadi. Waktu hendak menangkap si ayam berontak dan teriak-teriak, hingga sang pemilik tahu dan mengejar kami. Usaha kabur pun tak kesampaian, karena salah satu teman kami tertangkap. Atas nama setia kawan ane kembali. Hukuman pun kami terima. Sebuah tamparan keras dari tangan orang dewasa meluncur ke muka kami. Untung kami tak dilaporkan pihak berwajib, dan kami di maafkan. Kamipun pulang dengan jantung hampir copot. Seperti kesepakatan kami tidak akan membahas kejadian ini lagi, dan melupakannya. Sampai di masjid tak merubah kebiasaan kami untuk mengaji , walau jantung belum normal berdetak. Smabil berharap dapat ampunan atas kejadian tadi, juga menyesali kelakuan kami mala ini. Satu jiwaku telah kembali mengingat kejadian ini, yakni bukan jaminan bahwa bulan puasa ini bebas akan syetan. Kita sendiri bisa jadi syetan jika ada niatan jahat. Kedua bulan ramadhan adalah bulan yang mulia, tak seharusnya kamimeriahkan di tempat yang kurang tepat. Keinginan melupakan ini pun aku urungkan agar aku bisa melihatnya kembali, dan meminta ampunan kepada Allah swt. Sekian satu kisah dari jiwa yang pernah tersesat, satu cerita kala jiwa sesat. Insyaallah cerita selanjutnya akan dapat mengembalikan ini ke jalannya…

kisah perempuan berhijab

Senyumku jadi mengecut, pakaian terusan (gamis) kesayanganku, si coklat berbunga gelap itu malah terus-menerus jadi perhatian orang sekitar. Awal spring identik dengan baju terusan, tapi bukan yang menutup aurat, biasanya yang ‘lagi in’ adalah baju terusan berbunga dengan bahan ketat dan tanpa lengan alias bagian ketiak terlihat, githu lho. Oke, please, nurani…bisikku, tetaplah husnudzon, anggaplah memang orang-orang kafir sekitar sini kebetulan memang tak pernah melihat muslimah, tak punya uang untuk jalan-jalan sampai bisa mengunjungi Indonesia dan negara bersiram mentari lainnya. Namun bukan itu yang membuatku kesal, hari ini sudah hampir sore dan diriku belum makan siang padahal sedang hamil tujuh bulan, dan ingin bergegas mampir membeli roti di kedai, namun aduuuh, tiba-tiba selangkah sebelum memasuki kedai, ada dua petugas berbaju ‘sok sexy’ (yang perempuan) dan ‘sok macho’ (yang laki-laki) mendekatiku, dengan memandangku curiga mereka bermaksud memeriksa kartu identitasku. Sedih juga, Ya Robbi, rezeki makan siangku dan anak-anak tertunda lama, bisik hatiku lagi. Beberapa kali suamiku mengingatkan, “Tetap ceria, donk sayang… kan udah lama di luar negeri, udah tau lah kamu banyak hal seperti ini. Kadang-kadang memang nyebelin kalau di kota kecil macam Krakow saat berjumpa petugas imigrasi yang memeriksa, systemngeceknya masih manual, yah mengganggu jadwal waktu aktivitas orang lain, namun kan tetap ada sisi baiknya, mereka meriksanya resmi dan gak pakai cara-cara minta uang rokok kayak di negeri antah berantah, hehehe, apalagi sekarang kan makin banyak petugas yang jadi kenal kamu, bahwa ada seorang muslimah Indonesia dan yang paling sering beredarnya di wilayah old town sini…”, hibur pangeran hatiku tersebut. Sipitnya mataku memang dengan mudah dikenali, ciri paling berbeda dengan orang lokal sini. Tambah lagi, dua hari lalu aku jatuh terpeleset, lebam-lebam di tubuhku termasuk bagian muka di kelopak mata kananku. Si dua petugas itu terlihat makin curiga, lekat-lekat menatapku, apalagi di lembar-lembar passport dan kartu identitasku memang tak ada foto yang menampakkan rambut dan telinga (seperti aturan kuno biasanya), semua pas foto yang terpasang selalu kelihatan muka doang. Setelah mendengar pembicaraan mereka dengan bahasa Polish tentang kecurigaan kepada umat muslim (yang merupakan saudara-saudariku, yang difitnah sebagai teroris dalam media-media barat), apalagi system kuno mereka dalam mengkonfirmasi kartu identitas harus menanti lebih dari 30 menit—menelepon ke sana-sini, maka keramahan memudar dari wajahku. Sosok kafirin di hadapanku itu adalah contoh nyata kaum yang melakukan diskriminasi, terutama terhadap busana kaum muslimah. Seraya mengingat-ingat, sister kita di sebuah kota kecil, di Amerika, pernah pula akhirnya memutuskan untuk membuka hijabnya, atas izin suaminya, (astaghfirrulloh…) sebab ada tekanan lahir bathin yang teramat keras dari kaum kafir sekitar mereka, akhirnya setelah ribuan kali berpikir ulang, maka dilepasnyalah identitas kemuslimahannya tersebut. Yah, sebetulnya itulah tujuan kaum islamofobia atau sosok-sosok yang memerangi umat Islam lainnya, sasaran paling mujarab adalah para muslimah berhijab, akan selalu dibuat tidak tenang, tidak nyaman, diremehkan, direndahkan, dibuat sakit hati yang dikaitkan dengan penampilan ‘menutup aurat’ tersebut, agar sikap istiqomah menjadi goyah, agar mau bertekuk lutut di hadapan mereka. Agar mau sama hinanya dengan penampilan mengumbar aurat yang mereka katakan sebagai bentuk rasa percaya diri yang tinggi, ‘explore penampilan’ se-eksotik mungkin. Naudzubillahi minzaliik. Dan di era yang makin maju ini, ternyata tetap banyak muslimah yang tertipu daya, tak sadar akan tingginya kemuliaan diri dalam Islam, sehingga tak menyadari pula saat terbawa oleh buaian manis ‘kesuksesan berkarir’ yang dielu-elukan sebagai kampanye para pengikut setan tersebut, antara lain kesuksesan wanita mereka ukur dari keahlian menggoda pria, tampilan zahir menonjol dan lekuk-lekuk yang harus dipertontonkan, kecantikan fisik menjadi kriteria utama, kesempurnaan dandanan dengan kosmetika bermerk terkenal, perawatan kuku dan mewarnainya sesuai warna busana (kalau di Krakow, nenek-nenek pun hobi mewarnai kuku, juga pakai glitterlho…) dan sejenis itu, bahkan ada acara televisi (di Eropa ini), yang mana acara tersebut adalah wanita-wanita dan lelaki yang telanjang, dan dinilai oleh jurinya “siapakah yang paling bagus bentuk tubuhnya?” dan siapakah yang punya tubuh paling menggoda? (Waktu itu saya sedang mencoba lihat channel-channel televisi ketika baru pindah, dan seumur hidup, baru kali ini Saya melihat wajah-wajah paling bodoh memproduksi acara tak bermutu seperti itu). Yang saya lihat adalah saat acara hampir berakhir dan juri memutuskan pemenangnya, yang kalah malah jejeritan menangis, kata si wanita yang menangis itu, karena perutnya kurang rata, makanya dia sedih sekali ketika kalah. Astaghfirrulloh! Jelas saya sangat bersyukur, kita muslimah memang berbeda dengan mereka, Allah ta’ala mengucuri hidayahNYA, mengalirkan kecerdasan kepada kita, melimpahi hikmah dan ilmu-Nya setiap waktu, walaupun terkadang kadar keimanan kita sedang goyah atau turun, Allah SWT tetap menjaga dan melindungi kita, mendidik karakter jiwa ini, dan dengan segala skenarioNya, kita dibimbing umtuk selalu optimis dan bersyukur. Karena dunia ini cuma tempat singgah sesaat saja. Kembali pada peristiwa sore itu. Benar-benar menyakitkan hati, detik itu perutku lapar sekali, (jadi teringat ada teman India pernah bercerita, tiba-tiba diperiksa saat kebelet pipis mau masuk WC umum di mall, terbayang khan bagaimana sulitnya menahan pipis selama satu jam?!), kesabaran diuji kembali, hampir sejam dicek-cek si kartu identitas itu. Mereka cuek saja melihat bayiku yang sudah bosan dan mulai rewel, hingga akhirnya suamiku membawakan sebungkus kentang goreng agar saya bisa menunggui pemeriksaan itu sambil mengganjal perut. Alhamdulillah, masih ada sosok-sosok pangeran di sampingku yang terus menghibur, kegiatan menanti sejam itu kami isi dengan do’a-do’a, kami untai beragam kata dengan percaya diri, bahwa Allah ta’ala pasti membalas kezhaliman mereka. Terkenang akan kebersamaan dengan saudara-saudari seiman, dalam tautan aqidah yang sama, kita tidak pernah dibedakan berdasarkan karakteristik suku, antar golongan, jenis kelamin, atau ras. Kita diajarkan untuk menghargai sesama manusia, menjaga hubungan dengan Allah ta’ala serta hubungan dengan setiap insan, beraktivitas sehari-hari dengan diniatkan beramal shalih. Subhanalloh, alangkah indah semuanya dalam rambu-rambu agamaMU, ya Allah. Bahkan tentang perbedaan bentuk fisik yang diciptakanNYA, Allah ta’ala mengungkapkan, “Wahai manusia! sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti.” (QS. Al-Hujurat [49] : 13) Ada hal lain lagi, yang paling gemar dibicarakan kaum wanita tentang penampilan fisik, dikampanyekan ‘harus’ memamerkan rambut indah, kulit putih bersinar dan bentuk tubuh berkelok-kelok alias mempertontonkan lekuk-lekuk jasmani buat “cuci mata” para lawan jenis di sekitarnya. Bahkan yang sudah menutup aurat pun, masih tergoda untuk dielu-elukan sebagai sosok yang modis dan seksi dengan tetap berpakaian ‘islami’. Duhai saudaraku, tercengang diri ini melihat produk-produk ‘kecantikan semu’ yang ditawarkan media barat untukmu. Bayangkan, tak hanya produk bedak berjenis warna, ada pemutih kulit, ada penyedot lemak, ada pula produk bulu mata palsu dan berbagai jenis lensa kontak supaya tampilan mata tidak terlalu sipit atau tak terlalu besar. Ada produk untuk menambahi pembesaran buah dada bahkan untuk menipu diri di alat vital alias produk ‘kembali perawan’, astaghfirrulloh. Sudah puluhan kali sahabat lama yang berjumpa saat on-line bertanya padaku, “Pakai produk perawatan apa sih, jeng…? Tampaknya tambah putih aja kamu yah, nitip donk produknya kalo’ mudik…”, dan kalimat lain sejenis itu. Lhooo, kalian lupakah bahwa kulit putih ini malah membuatku dibeda-bedakan oleh pak guru, aku diawasi ketat saat upacara bendera semasa sekolah gara-gara pak guru tersayang itu ketakutan kalau aku pingsan, lupakah akan hal itu? Lupakah kalian kalau pigmen kulit yang sangat pucat ini malah merupakan tanda daya tahan tubuh yang kurang kuat? Dan bahkan si kulit putih malah lebih cepat imbas bertotol coklat tatkala terserang sinar UV mentari dari pada yang berkulit gelap. Serta kumpulan minyaknya malah makin lebih kentara dibandingkan si kulit gelap. Jawabanku selalu sama, duhai saudari-saudariku nan sholihat, menutup aurat dan bersiram air wudhu adalah “kosmetika alami” sepanjang zaman, insya Allah. Apalagi sudah ada kisah teman dekat yang nyaris diperkosa gara-gara tersibak betis putihnya di bus antar-kota yang ditumpangi. Juga makin majunya tekhnologi dan tuntutan modernisasi, para wanita berkulit putih makin memoles diri agar kecantikan fisik dieksploitasi sebesar-besarnya, semua lekukan tubuh ditonjolkan dengan maksud menggoda iman, juga dengan niat menipu serta berbuat kejahatan lain. Maka yang berkulit gelap pun jadi tak mau kalah, warna-warna bedak makin beragam dan polesan merata di wajah serta tubuh agar setidaknya tampak ‘imut si hitam manis’, plus bersandang gelar sexy juga. Di minggu-minggu ini, publik disodori berita-berita tentang ‘penipu-penipu cantik’, yang konon sudah sangat sukses meraup beragam harta kekayaan hasil ‘kerja haram’ tersebut. Jangan lupa, efek-efek operasi plastik, penggunaan ragam kosmetika berbahaya dan terbakarnya kulit yang diumbar di bawah ultra-violet sudah banyak memakan korban. Tak hanya derita kanker kulit atau penyakit lainnya, namun para wanita yang ‘sukses’ memperbarui penampilan diri itu ada juga yang mengakhiri hidup dengan bunuh diri, atau dibunuh saingannya, ada yang jiwanya makin terganggu hingga kehilangan ingatan, dll. Rasa syukur ternyata amat mahal harganya. Saudara-saudariku, sipit atau tidak mata kita, putih maupun gelap kulit kita, tinggi atau pendeknya raga kita, kurus maupun gemuk badan kita, semuanya adalah kurnia Ilahi nan sempurna, jika memang tidak suka, silakan complain denganNYA kalau berani. Yang paling penting adalah tujuan hidup kita terarah, kampung akhirat menjadi cita-cita, kehalalan nafkah terpelihara. Jika bukan kita sendiri yang percaya diri dan bangga akan status kemusliman yang disandang, akan keberagaman bangsa yang ada, akan nilai ketaqwaan yang jadi penilaian sejati di hadapanNya, maka makin hancurlah generasi muda islam. Setiap masa yang kita lewati pastilah memiliki pelajaran dan hikmah yang merupakan didikanNya. Abangku yang ilmuwan, nan tengah meneliti tentang kosmetika pernah mengingatkan bahwa tak ada kosmetika pemutih kulit kecuali campuran kimiawi berbahaya penyebab penyakit. Juga ia berujar, “Jangan tutupi penuaan yang terjadi padamu, guratan alami di kulit adalah tanda cinta Allah SWT, karena dengan sinyal itu mendudukkanmu pada tempat dan waktu yang tepat”. Kecintaan sejati dalam untaian ukhuwah islamiyah pun malah bertambah erat dengan iringan masa yang terus berlari. Menolehlah pula pada kekasih halal nan mendampingi, tatap lekat-lekat mukanya yang lelah, lihat gurat-gurat penat dan sisa keringat usai bekerja keras, bukankah engkau juga melihat sinyal cinta yang besar di matanya? Dan cinta sejati tak memandang fisik, tak berlandaskan ras, suku maupun warna kulit, ia datang dari jiwa yang bersih, kesucian nurani yang dieratkan oleh ikatan cintaNya, nan dikucuri hidayahNya dan hanya bisa dirasakan oleh hamba-hamba pilihanNya, insya Allah. “Allahumma inni audzubika minal hammi wal hazan, Allahumma inni audzubika minal ajzi wal kasal, Allahuma inni audzubika minal jubn wal bukhl, Allahumma inni audzubika min gholabatiddayni wa qohrirrijal.”Wahai Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kegundahan dan kesedihan, dari rasa lemah dan kemalasan, dari kebakhilan dan sifat pengecut, dan dari beban utang dan tekanan orang-orang (jahat).

Bangku kereta bercerita

Apa yang akan beliau kenang dari waktu yang singkat tadi... Bertemu denganku, berbincang dengan mahasiswa bodoh seperti aku. Dengan puteranya terbujur pulas dibangku depan tempat kami berbincang. Bangku kereta ini sempit kebanyakan penumpang, tapi bapak itu meluaskan hatiku melebihi luas samudera. Ceritanya tentang dia, anaknya, istrinya, keluarganya begitu buat aku kudu ikut bahagia. Seorang bapak, asli dilahirkan di surabaya, namun jati dirinya dibangun di ibu kota. Sampai logatnya pun tak ada yang terkontaminasi lidah orang surabaya yang kasar melebihi parutan kelapa. Aku ketawa mendengar pengakuan beliau tak bisa jawa *haha... Memang mayoritas orang jakarta yang masih satu pulau dengan jawa ini tak lancar bahasa jawa. Tapi sekalipun pernah sama sekali tak paham bahasa jawa, sekarang uda bisa walau tak lancar. Kubilang aja dengan sedikit kiding, kalau sekarang jawa udah lupa bahasa aslinya, jangankan jakarta, di solopun banyak yang ga paham kromo inggil, tapi parahnya orang jawa ga nyadar kalo budaya yang termasuk jati diri orang jawa ini uda mulai punah. Hmm... Apa ini yang dimaksud dengan evolusi sosial, perubahan peradaban, kebudayaan, dan esensi asal suatu lingkungan. Alhamdulillah aku dilahirkan ditempat yang tepat, dan diwaktu yang tak terlalu terlambat, jadi sedikit banyak aku masih paham bahasa jawa kromo inggil sekalipun tak sampai dibilang mahir. Kembali bapak itu bercerita, tentang dia dewasa di jakarta. Bukan seperti orang kampung bilang kalau jakarta adalah tanah yang menjanjikan huh, it hanya khayalan orang kampung yang tergila2 wajah ibu kota dari media masa. Jakarta sebenarnya bukan tempat yang nyaman, bukan seperti surga, hanya dari luar kelihatan wah, tapi dalemnya begitu mencekam. Ada artikel dimana di jakarta itu setiap harinya hampir 4rbu kali terjadi tindak kriminal, ataw satu tindak kejahatan tiap 5 mnt. Sungguh bertolak belakang dari apa yang dibayangkan orang kampung. Jangankan berhasil, dapat kerja aja alhamdulillah. Bukan pergi mengadu nasib, malah mengadu nyawa. Ibu kota itu kejam, yang kuatlah yang menang. Ada satu kawanku yang kuliah di jakarta juga bilang, kalo malem dia lebih milih di asrama dari pada keluar sekedar ngopi, takut bukanya sampe warung kopi, tp masuk ugd, atau paling parah kamar jenazah. So, salut buat para wakil rakyat di sana, jadi mereka termasuk orang kuat, apa mungkin mereka adalah sahabat para kriminal, sehingga mereka tak jadi mangsa. Tapi gimana dengan bapak ini, dia bukan wakil rakyat ?, uda sejak kecil tinggal di sana, apa iya dia juga termasuk pelaku tindak kriminal ? *astgfrlah... Tp tidak, tampangnya tak sesuram itu. Namun bagaimana beliau bisa bertahan ?. Bapak itu bilang, di jakarta dulu dia kerja macam2. Bahkan macam pekerjaan hina pun dia lakoni, mulai pemulung, tambal ban, bahkan ngamen. Sampai suatu ketika, dia bekerja kepada seorang ustad. Ustad itu juga mengajar di pondok pesantren daerah cawang. Dari ustad itu pula beliau lebih mengenal agama. Suatu hari ada pertemuan di pondok pesantren, karena pak ustad berhalangan, maka beliau disuruh mengganti. Di pertemuan itu pula dia bertemu dengan seorang yang tak asing dimatanya, seorang santri cantik rupa yang sekarang jadi istrinya. Hingga dia teringat bahwa wanita muslimah itu tinggal di seberang kontrakannya. Jodoh memang tuhan yang ngasih, beliau yang pernah melakukan pekerjaan hina, mendapatkan seorang istri yang cantik, solehah, pintar pula. Sampai sekarang pun beliau salut, lantaran istrinya masih semangat meneruskan menuntut ilmu di pondok. Ya memang dari cerita beliau, sejak kecil istrinya belajar uda di pondok. Dan kabarnya minggu ini istrinya sedang ke jerman menjadi narasumber di sebuah universitas. Hmm... Subhanallah... Dalam benak muncul pertanyaan yang tak mungkin untuk kutanyakan langsung "kebaikan apa yang uda dilakukan bapak ini sehingga mendapat kanjaran begitu indahnya dari Allah???"... Hwallahualam... Tuhan punya rencana, punya misteri bagi setiap manusia, semoga aku tetap dalam lindungannya.

Tak terasa setasiun mojokerto pun lewat. Suara mesin kereta jadi sountrack yang berbeda untuk perbincangan ini. Sang putera masih tetap tidur pulas. Mungkin mimpiin ibunya yang lagi di jerman, atau mancing ikan gurame. Ya, dari cerita bapaknya dia suka mancing, tapi lucunya dia ga doyan ma hasil tangkapannya. Biasanya kalo habis mancing, ikannya dikembalikin atau dikasih tetangganya. Ow ya, adek kecil itu juga rajin ngaji, anehnya pula, dia tidak mau ngaji di rumahnya sendiri, dia lebih suka ngaji ke tempat tetangga, ngga tau juga kenapa, tapi yang jelas dia mendapat pendidikan agama yang bagus. Mengingat sang ibu adalah wanita didikan pondok. Perjalanannya ke surabaya ini pun tak sengaja. Waktu mau pergi keluar, tiba2 bapaknya keluar bawa koper. Nempel langsung deh. Semangatnya semakin membara mendengar janji nenekny disurabaya dia akan dibikinin rawon kesukaannya. Hmm...ini baru kelihatan keturunan lidah jawa. Selain itu dia punya om di madura ya janjiin mancing. Liburan yang asik kali ini. Mungkin lelapnya tidurnya lantaran tak sabar menunggu sambutan dari nenek dan omnya. Dunianya memang begitu... Sedangkan anak pertama pondok di dkat bekasi. Setiap bulan sekali di jengung. Sering mengeluh gatal2, bukan ke dokter, tapi cukup baca alfatihah seratus kali. Sungguh keluarga yang diidam2kan banyak umat. Semoga kelak aku mampu membangun sesuai ajaran Allah.

Masih banyak pelajaran yang aku dapat dari kenyataan, pengalamanku dengan orang2 di setiap mata memandang. Baik dan buruk menjadi dekorasi bagi kehidupan di dunia ini. Patut bersyukur atas semua pemberianMU, alhamdulillah ya robb... Semoga aku tetap dalam bimbinganMU...

About Me

Foto Saya
fahma alfian
kopipun berubah jadi susu seiring aku melangkah untuk belajar... bukan tentang pahitnya kopi, bukanpula manisnya susu... mereka sama-sama benar pada ruang dan waktunya masing-masing......
Lihat profil lengkapku