Hukum menurutku...
Setelah tadi malem kumpul sama temen2 sma. Ada satu obrolan menarik diluar banyaknya orang kebingungan mencari kepastian lebaran. Obrolan tentang peradaban kalimantan yang nampak keras dibalut dengan kemistisan suku2 di sana. Hmm... Jangan bilang orang indonesia kalo belum pernah denger kemistisan negeri ini, apalagi orang jawa (karena aku sendiri orang jawa). Sebelumnya ini tidak punya maksud diskriminatif sedikitpun, tapi nanti diujung adalah mengenai adat, juga kebudayaan yang bagaimana jika hukum itu dipadukan dengan adat setempat. Bukan seperti sekarang yang menggunakan ayat2 hukum yang cenderung universal, dan hasilnya, ya seperti saat ini. Kembali mengenai cerita kalimantan, yakni tentang adat yang kebanyakan mengenai santet. Yap, santet menurutku pada umumnya adalah istilah ilmu mistis untuk menyerang orang lain. Di kalimantan masih kental dengan kebudayaan seperti ini. Dengan mengesampingkan alasan ilmiah, santet bagi beberapa orang menakutkan. Bahkan dijawa sendiri sebenarnya ada dan malah paling kuat. Konon katanya jawa merupakan tanah para mahkluk kasat mata, hingga suatu ketika datang seorang yang sakti mandraguna mampu menetralisir tanah jawa dari kekuatan mistis, sekalipun sampai sekarang pun masih, terutama antara laut kidul dengan daratan utara tanah jawa juga daerah2 dijawa timur yang terkenal akan budaya mistisnya. Buktinya sampai sekarang masih ada upacara2 adat yang intinya mengandung unsur magis. Mulai larung sesaji, sampai santet terselubung di daerah2 jawa. Mungkin tentang jawa ini, dalam "babad tanah jawi" lebih jelas. Lalu bagaimana dengan kalimantan???. Dari beberapa cerita dari teman yang merantau di sana. Aroma magis juga kental di sana, terutama santet. Ada temanku cerita temannya ada yang tulang tangannya tiba2 remuk, kena kista, bahkan stroke. Katanya juga akibat santet. Ada satu budaya yang kalo gak salah namanya "kepungan" dimana ketika seorang menolak tawaran makanan, maka orang tersebut bakal kena semacam santet. Karena bagi orang sana menolak tawaran makanan dianggap tidak menghormati orang yang menawarkan makanan. Nah no, gimana kita orang jawa dengan ahlinya sungkan tiba2 kita disantet. Cukup ngeri juga!!!. Ada juga dulu berita mengenai wanita yang diperutnya tumbuh kawat, atau kelamin dikepala katanya akibat santet pula. Nah, kalo memang santet bisa membuat seperti itu, mungkin bisa mengurangi karut marutnya negeri ini. Eits, sekali lagi ini bukan bermaksud diskriminatif, juga bukan menafikkan keberadaan pancasila, juga bukan mengada-ada. Hanya seandainya saja, bertolak dari akibatnya, mungkin lebih membuat orang takut ketimbang susah2 membangun sistem jeruji besi yang tak kunjung mengurangi pelanggaran. Bukan bermaksud merendahkan peran hukum, juga penegak hukum. Namun ini budaya yang dulu pernah punya masa, dimana belum masuk pengaruh sistem hukum universal ke nusantara. Budaya yang kuno namun masih ada di jaman sekarang. Bagiku hukum lebih baik merupakan sesuatu yang harus membuat takut, ketimbang membuat kestabilan. Dengan membuat orang takut, kestabilan datang sendirinya, namun ketika lebih mengedepankan kestabilan, hukum hanya akan jadi syarat minim untuk menkhianati kestabilan. Bagaimana jika suatu saat di sebuah daratan, punya hukum yang jika melanggarnya, adalah beban yang ditakuti, mungkin disantet. Orang tidak akan berfikir bagaimana untuk mengakali hukum yang ada untuk melangsungkan kecurangannya, tapi lebih dahulu takut untuk bertindak. Contoh kecil ketika ditilang karena lampu utama motor tidak nyala, kena denda atau sidang dan ada kemungkinan berusaha dengan sedemikian rupa agar cepat selesai urusan dengan penegak dan penegakan hukum. Tapi seandainya jika tidak menyalakan lampu utama akan disantet bakal kecelakaan, bahkan bisa membuat orang berfikir ulang untuk mengendarai motor, kan bisa menghambat global warming. Kemudian seorang koruptor akan dibuat kena penyakit keras, hmm... Mungkin bikin si koruptor mengurungkan niat dari pada tidak bisa menikmati dunia. Hahaha, namanya juga mimpi, mungkin saja bisa jadi kenyataan. Kalaupun tidak, seenggak-enggaknya bisa menyikapi hukum yang ada, dengan bagaimana seharusnya hukum itu ada. Bukan untuk dilanggar pastinya. Tentang pelanggaran2 yang berlangsung, juga penegakkan hukum yang nampak tebang pilih, ya inilah hukum sedang mengalami pertumbuhan, hukum sedang berproses. Satu yang pasti, setiap pribadi pasti punya hukum yang sejati, tidak lain adalah dari Tuhan, yang pasti adil, yang tidak mungkin salah mengadili. Dan juga siksa yang lebih pedih ketimbang hukuman terkejam didunia ini, dan nikmat yang lebih indah, ketimbang hadiah yang di dapat di dunia ini. Jangan gembira ketika tak kunjung mengadili, bukan karena belum ada bukti, melainkan Beliau yang menginginkannya. Dan jangan marah jika tak kunjung dapat nikmat, bukan karena Tuhan lupa, melainkan sedang membangun kenikmatan paling indah buat kita. Keep spirit to be the best person...!!!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
About Me

- fahma alfian
- kopipun berubah jadi susu seiring aku melangkah untuk belajar... bukan tentang pahitnya kopi, bukanpula manisnya susu... mereka sama-sama benar pada ruang dan waktunya masing-masing......
0 komentar: