Bangku kereta bercerita

Apa yang akan beliau kenang dari waktu yang singkat tadi... Bertemu denganku, berbincang dengan mahasiswa bodoh seperti aku. Dengan puteranya terbujur pulas dibangku depan tempat kami berbincang. Bangku kereta ini sempit kebanyakan penumpang, tapi bapak itu meluaskan hatiku melebihi luas samudera. Ceritanya tentang dia, anaknya, istrinya, keluarganya begitu buat aku kudu ikut bahagia. Seorang bapak, asli dilahirkan di surabaya, namun jati dirinya dibangun di ibu kota. Sampai logatnya pun tak ada yang terkontaminasi lidah orang surabaya yang kasar melebihi parutan kelapa. Aku ketawa mendengar pengakuan beliau tak bisa jawa *haha... Memang mayoritas orang jakarta yang masih satu pulau dengan jawa ini tak lancar bahasa jawa. Tapi sekalipun pernah sama sekali tak paham bahasa jawa, sekarang uda bisa walau tak lancar. Kubilang aja dengan sedikit kiding, kalau sekarang jawa udah lupa bahasa aslinya, jangankan jakarta, di solopun banyak yang ga paham kromo inggil, tapi parahnya orang jawa ga nyadar kalo budaya yang termasuk jati diri orang jawa ini uda mulai punah. Hmm... Apa ini yang dimaksud dengan evolusi sosial, perubahan peradaban, kebudayaan, dan esensi asal suatu lingkungan. Alhamdulillah aku dilahirkan ditempat yang tepat, dan diwaktu yang tak terlalu terlambat, jadi sedikit banyak aku masih paham bahasa jawa kromo inggil sekalipun tak sampai dibilang mahir. Kembali bapak itu bercerita, tentang dia dewasa di jakarta. Bukan seperti orang kampung bilang kalau jakarta adalah tanah yang menjanjikan huh, it hanya khayalan orang kampung yang tergila2 wajah ibu kota dari media masa. Jakarta sebenarnya bukan tempat yang nyaman, bukan seperti surga, hanya dari luar kelihatan wah, tapi dalemnya begitu mencekam. Ada artikel dimana di jakarta itu setiap harinya hampir 4rbu kali terjadi tindak kriminal, ataw satu tindak kejahatan tiap 5 mnt. Sungguh bertolak belakang dari apa yang dibayangkan orang kampung. Jangankan berhasil, dapat kerja aja alhamdulillah. Bukan pergi mengadu nasib, malah mengadu nyawa. Ibu kota itu kejam, yang kuatlah yang menang. Ada satu kawanku yang kuliah di jakarta juga bilang, kalo malem dia lebih milih di asrama dari pada keluar sekedar ngopi, takut bukanya sampe warung kopi, tp masuk ugd, atau paling parah kamar jenazah. So, salut buat para wakil rakyat di sana, jadi mereka termasuk orang kuat, apa mungkin mereka adalah sahabat para kriminal, sehingga mereka tak jadi mangsa. Tapi gimana dengan bapak ini, dia bukan wakil rakyat ?, uda sejak kecil tinggal di sana, apa iya dia juga termasuk pelaku tindak kriminal ? *astgfrlah... Tp tidak, tampangnya tak sesuram itu. Namun bagaimana beliau bisa bertahan ?. Bapak itu bilang, di jakarta dulu dia kerja macam2. Bahkan macam pekerjaan hina pun dia lakoni, mulai pemulung, tambal ban, bahkan ngamen. Sampai suatu ketika, dia bekerja kepada seorang ustad. Ustad itu juga mengajar di pondok pesantren daerah cawang. Dari ustad itu pula beliau lebih mengenal agama. Suatu hari ada pertemuan di pondok pesantren, karena pak ustad berhalangan, maka beliau disuruh mengganti. Di pertemuan itu pula dia bertemu dengan seorang yang tak asing dimatanya, seorang santri cantik rupa yang sekarang jadi istrinya. Hingga dia teringat bahwa wanita muslimah itu tinggal di seberang kontrakannya. Jodoh memang tuhan yang ngasih, beliau yang pernah melakukan pekerjaan hina, mendapatkan seorang istri yang cantik, solehah, pintar pula. Sampai sekarang pun beliau salut, lantaran istrinya masih semangat meneruskan menuntut ilmu di pondok. Ya memang dari cerita beliau, sejak kecil istrinya belajar uda di pondok. Dan kabarnya minggu ini istrinya sedang ke jerman menjadi narasumber di sebuah universitas. Hmm... Subhanallah... Dalam benak muncul pertanyaan yang tak mungkin untuk kutanyakan langsung "kebaikan apa yang uda dilakukan bapak ini sehingga mendapat kanjaran begitu indahnya dari Allah???"... Hwallahualam... Tuhan punya rencana, punya misteri bagi setiap manusia, semoga aku tetap dalam lindungannya.

Tak terasa setasiun mojokerto pun lewat. Suara mesin kereta jadi sountrack yang berbeda untuk perbincangan ini. Sang putera masih tetap tidur pulas. Mungkin mimpiin ibunya yang lagi di jerman, atau mancing ikan gurame. Ya, dari cerita bapaknya dia suka mancing, tapi lucunya dia ga doyan ma hasil tangkapannya. Biasanya kalo habis mancing, ikannya dikembalikin atau dikasih tetangganya. Ow ya, adek kecil itu juga rajin ngaji, anehnya pula, dia tidak mau ngaji di rumahnya sendiri, dia lebih suka ngaji ke tempat tetangga, ngga tau juga kenapa, tapi yang jelas dia mendapat pendidikan agama yang bagus. Mengingat sang ibu adalah wanita didikan pondok. Perjalanannya ke surabaya ini pun tak sengaja. Waktu mau pergi keluar, tiba2 bapaknya keluar bawa koper. Nempel langsung deh. Semangatnya semakin membara mendengar janji nenekny disurabaya dia akan dibikinin rawon kesukaannya. Hmm...ini baru kelihatan keturunan lidah jawa. Selain itu dia punya om di madura ya janjiin mancing. Liburan yang asik kali ini. Mungkin lelapnya tidurnya lantaran tak sabar menunggu sambutan dari nenek dan omnya. Dunianya memang begitu... Sedangkan anak pertama pondok di dkat bekasi. Setiap bulan sekali di jengung. Sering mengeluh gatal2, bukan ke dokter, tapi cukup baca alfatihah seratus kali. Sungguh keluarga yang diidam2kan banyak umat. Semoga kelak aku mampu membangun sesuai ajaran Allah.

Masih banyak pelajaran yang aku dapat dari kenyataan, pengalamanku dengan orang2 di setiap mata memandang. Baik dan buruk menjadi dekorasi bagi kehidupan di dunia ini. Patut bersyukur atas semua pemberianMU, alhamdulillah ya robb... Semoga aku tetap dalam bimbinganMU...

0 komentar:

About Me

Foto Saya
fahma alfian
kopipun berubah jadi susu seiring aku melangkah untuk belajar... bukan tentang pahitnya kopi, bukanpula manisnya susu... mereka sama-sama benar pada ruang dan waktunya masing-masing......
Lihat profil lengkapku