Negeri yang galau

Teringat pelajaran sejarah waktu sekolah dulu, sejarah indonesia. Sebuah negeri yang disuguhkan begitu indah dengan alamnya, kekayaan yang begitu mengagumkan. Mungkin aku cuma membayangkan wajah leluhurku, membayangkan kehidupannya. Begitu damai. Ingat cerita tentang kerajaan2 dulu, dari buku, guru, juga lewat "jaduman". Senyum sapa wajah pribumi yang santun. Martabat alam masih tinggi, moralitas masih murni. Kemudian islam masuk membawa pengetahuan religi. Masuk dengan sangat bersahabat. Hingga kehidupan kala itu semakin seimbang.
Penjajahan dan masa2 perjuangan menjadi garis sejarah yang tersisa dipelajari dibangku2 sekolah, bahkan mungkin tak sepenuhnya. Ketika negeri ini mulai belajar, ketika manusia2nya haus akan ilmu. Kita kebablasan. Kita terlalu terburu menggapai cita.
Sejarah telah dibelokkan, moralitas bobrok. Tinggalah yang kita saksikan setiap hari di media masa. Betapa kejam negeri ini. Sejarah tinggal menjadi dongeng tanpa pelajaran yang terbukti tak mampu mengobati karut marut negeri ini. Lihatlah, setiap hari kita disuguhi bentuk2 moralisme negeri ini yang kiat cacat. Golongan elit saling serang, rakyat jelata juga, orang berilmu sok tau dan beropini sendiri sendiri. Rakyat bingung, penguasa bingung, negara pun bingung. Monopoli negara adikuasa kian merajalela. Harga minyak naik, rakyat demo, dibalas dengan pembentukan undang2 anti rok mini, nazarudin merasa dipermainkan, anas ngancam dengan cara sok pemberani. Ngambil mangga jatuh dipenjara, ngambil sendal jepit dibui, anak2 perempuan diperjualbelikan, remaja doyan seks. Huh, seakan tiada habisnya melihat kebobrokan negeri ini. Dan ya, memang negeri ini bobrok dan mungkin bkal tambah bobrok.
Hai kalian pendahulu kami, para ketua suku, para raja, para pejuang, para founding fther, para leluhur, para nenek moyang, para rakyat yang mungkin telah diberi tahu kebenaran oleh Tuhan. Mungkin aku salah menilai seperti ini, tapi mungkin juga tidak. Tapi siapapun dan apapun kebenaran itu, aku rasa membunuh tetaplah membunuh, buruk adalah memang buruk.
Aku mengerti kegalauan ini. Dampak sistematis sebuah konspirasi. Entah siapa dibelakang semua ini, yang jelas Tuhan terbukti melihat.
Satu yang masih kucintai, dan sangat kucintai dari negeri ini, dan aku harap ini tak pernah berakhir. Adalah alam negeri ini yang diciptakan Tuhan untuk patut dan sangat untuk dicintai.

Sebobrok apapun negeriku,
kau masih punya mahameru lengkap dengan ranu kumbolonya, kau masih punya merapi yang penuh misteri, kau masih punya lawu yang penuh kejutan,
belum lagi pesisir selatan yang tak habis keindahaan laut kidulan walau dunia sudah modern,
alammu yang tak bisa dirasuki konspirasi dunia, yg tak teracuni globalisasi, yg tak terpengaruh kemunduran jaman.
Biar keadaan ini mundur, asal kau tetap disana...
Aku cinta, sangat cinta alammu,
oh negeriku yang galau...

0 komentar: