Sebuah renungan

Dalam kegelapan terbalut sunyi, sebuah kesempatan kembali kudapati diri ini sendirian bercengkrama sendu. Beberapa wajah itu menyapaku. Wajah-wajah yang membuatku tak bisa lagi menahan air mata. Mengiba ampunan dan permohonan kepada Tuhan. "ya Allah, wajah itu pernah memintaku menjadi lelaki yang kuat dan tangguh. Yang mengajakku menjadi insan seperti yang Kau minta. Dan wajah itu, tatapannya menghakimiku dengan putusan-putusan yang membuatku tak kuasa melanjutkan waktu yang tersisa, bahwa aku telah sesat, bahwa aku terlanjur kafir. Ya Allah, kemudian wajah yang itu tak lama tadi kulihat dia juga bersimpuh mendoakan seorang aku yang tak pernah membuatnya sedikit saja tersenyum. Dan wajahku sendiri menuduhku sebagai laki-laki munafik bermacam muka pembohong, sebagai harapan yang amat mengecewakan, sebagai insan yang paling tak pantas diberi kesempatan untuk hidup. Dan nyatanya aku sekarang masih hidup. Aku tak minta dimatikan, aku tak minta kembali dihidupkan dalam kesucian. Yang aku minta, disisa waktu yang Kau berikan, jagalah aku, sadarkan untuk segera memperbaikinya sebelum tiba waktuku. Aku tak ingin membebani, aku pun tak ingin membuat wajah-wajah itu menyesal. Aku tak ingin meninggalkan dunia ini dengan keadaan kekecewaan padaku. Sungguh, aku tak tahu harus bagaimana memulainya ?, mungkin sebenarnya Engkau telah menjawabnya dengan caramu yang sungguh menakjubkan. Tapi kurasa aku masih belum mampu memahaminya. YA ALLAH, Ya Tuhanku, saat ini kupanggil-panggil namamu, tanda aku sangat membutuhkanmu, sadarkan aku, sadarkan aku, sadarkan aku. Selamatkan aku dari tipu daya ini. HANYA PADAMU, SUNGGUH HANYA PADAMU YA RABB..." masih dalam selimut kebingungan, bingung dari sosok diriku ini, yang sangat hina. Aku hanya mampu pasrah padaMU YA RABB...

0 komentar: