Kekerasan kok kekerasan...

Seharian aku libur. Gak ada yang menarik tanpa kewajiban2 yang mengikat seperti hari biasa. Semenjak bangun tidur kerjaan cuman melototi tv. Sesekali ke kamar mandi, atau pas kelaperan pergi ke warung sebelah dan balik lagi melototin tv. Bosen dan jengah pasti. Tapi bosen semakin menumpuk membentuk dinding yang memenjarakan otakku. Jadinya gak tau mau ngapain kecuali lihatin tv. Ditambah acara tv sekarang tu isinya bikin emosi. Setiap chanelnya bak bikin pengen banting itu tv walaupun gak mungkin lantaran tv cuma satu itu pun kredit. Bosan semakin tebal, semakin memanipulasi otakku untuk tetap melanjutkan menonton tv. Jadinya semakin boring sama dengan semakin emosi.

Tiba2 teringat kejadian di rumah. Waktu itu ada ibuku, dan kedua budeku kumpul. Lihat satu acara tv yang aku sebagai pria jijik ngelihatnya. Apalagi kalau bukan sinetron. Waktu itu kalau gak salah judul filmnya putri yang tertukar. Namanya cewek, berapapun umurnya yang udah baligh, hidupnya dibelenggu perasaan. Jadi apapun yang dirasakan pasti lewat pos perasaan. Begitu juga dengan ibu dan bude2ku ini. Walaupun udah lewat masa pubernya masih aja alay. Namanya juga sinetron, apalagi sinetron kita, udah bukan rahasia lagi kalo pake bumbu dramatisir. Eh aktor utama nangis ikut nangis, nyumpahin pemeran2 antagonis. Waduh... Jadinya lihat sinetron pas adegan ibu2 menangis pas lihat acara sinetron di tv.

Haha... Iya itu sedikit cerita tentang mahkluk yang namanya cewek atau wanita, atau aku lebih suka menyebutnya manusia. Terlepas itu adalah lantaran paradigma yang sudah menjadi kultur, kenyataan yang aku hadapi memang seperti itu...

Tapi sebenarnya aku tidak akan membahas soal perempuan kali ini. Aku ingin sedikit beranalogi, dan semoga bisa berteori gampang2an. Tentang rentetan acara tv hari ini. Yang berujung pada satu bahasan tetang "kekerasan". Yap, belakangan fenomena kekerasan semakin marak, dan yang lagi naik daun adalah jenis manusia premanus indonesius atau preman indonesia hehe... Ngarang dikit :-P. Begitu ramai jadi bahasan, waktu acra jlc di surabaya kemaren juga. Beberapa tokoh, mulai dari pengamat, mentri, polri, ormas, bahkan mantan preman, dan para pemikir lainnya, juga dari kalangan mahasiswa walaupun rada semrawut cara bicaranya tapi yang penting cantik *loh... Mereka semua bahas satu tema yaitu kekerasan dan premanisme.

Bermacam pandangan dari berbagai sisi. Dari pihak alumni benar mengatakan bahwa semua wni berhak melakukan "penangkapan" uda ada di undang2. Kemudian ada dari polri meminta tolong bahwa kekerasan adalah musuh bersama dan bukan dari pihak polri saja, dari pihak preman bahwa mereka juga warga biasa yang menganggap tak mendapat keadilan di negeri sendiri, dari pihak menteri merasa perlu rapat lagi dan dibuat undang2 baru tentang rakyatnya. Ada dari pihak yang mengaku netral bahwa kekerasan ini merupakan buatan sistem yang menyebabkan rakyat kecewa dan berinisiatif mengambil jalan kekerasan, lalu seorang pengamat membanding2kan kekerasan sekarang dan jaman dulu, dan yang saya mungkin setuju ada satu pakar yang aku nilai dialah satu2nya yang masih sehat. Dia bilang di ujung acara bahwa semua yang bicara tadi bau amis, terlalu memperlihatkan misi kelompok tertentu, yang melupakan makna apa itu negara.

Aku setuju... Setuju sekali!. Omong kosong kita menanggulangi kekerasan. Kekerasan pasti ada, kekerasan yang menyeimbangkan dunia ini. Bukankah dunia ini punya dua bagian yang berlawanan. Bukan berarti memperbolehkan kekerasan. Kekerasan tetap saja kekerasan apapun alasannya.

But hallow... Apa sih yang dibicarakan. Kekerasan bukan ? Bicara dari tadi cuma bolak balik mengulang ini itu dan aku pikir itu bukan solusi. Mau dianggap pencerahan toh aku yakin esok pagi lihat tv pasti pertama adalah ada unsur kekerasan. Kekerasan udah cerah, semua rakyat gak perlu dijelasin tentang kekerasan. Dan bagiku gak perlu terlalu lama diskusikan solusinya. Ya udah, namanya kekerasan itu gak baik. Dan segala yang gak baik kudu dihindari. Kalaupun muncul pertanyaan yang gak baik yang mana, anggap aja pertanyaan itu hanya akan membawa pembiasaan pandangan padahal nanti ujung2nya pun sebenarnya sama. Sama sama gak baik. So, tak perlu diperdebatkan mana yang benar. Jadilah apa yang diinginkan dirimu, dan terimalah bahwa udah kodrat orang lain akan mendukung atau mencoba menjatuhkan. Dan kekerasan itu abadi, kecuali TUHAN menghendakinya berhenti. Terimalah kekerasan sebagai kekerasan, apapun itu...

0 komentar: